
Dalam rangka memperingati Hari jadi kota malang yang ke 96 Pemkot Malang bekerja sama dengan Yayasan Inggil menggelar acara Festival Malang Kembali. Even ini digelar guna mensosialisasikan seni dan budaya daerah tradisional jaman dulu. Dengan demikian kegiatan yang ditempatkan di sepanjang jalan Ijen ini juga identik disebut sebagai acara Malang Tempo Doeloe. Selain itu Festival yang diadakan setahun sekali inipun juga bertujuan untuk menggali unsur-unsur kearifan lokal sebagai bahan pengetahuan terhadap masyarakat untuk dilestarikan dan dikembangkan.
Berbeda dengan tahun sebelumnya. Jika pada tahun sebelumnya acara ini diselenggarakan selama satu minggu penuh, maka di tahun ini hanya diselenggarakan selama 4 hari saja, terhitung mulai tgl 20-23 Mei 2010. Karena waktunya yang demikian singkat itu maka secara otomatis pengunjungpun setiap malamnya selalu sesak. Saya dan istri saya berkungjung ke acara ini pada hari kedua (22/5). Tiba dilokasi sekitar jam 20.00 WIB. Sekitar 200 meter dari lokasi, lalu lintas sudah mulai macet. Di kanan kiri jalan tampak banyak sepeda motor berjejer yang diparkir sesak. Sementara itu tukang parkir "ilegal" berteriak-teriak "Parkir Malang kembali.. Parkir Malang kembali.. di depan macet.. didepan macet.." Saya acuhkan saja tukang parkir itu, berharap di dekat lokasi masih ada tempat parkir yang kosong.
Ketika motor saya sudah merangsek sekitar 15 menit dan sudah hampir dekat dengan lokasi sekitar 50 meter, tiba-tiba motor saya dihadang oleh petugas. "Penuh mas, tidak bisa. sampean muter saja dari arah barat", Ujar petugas. Saya pun putar haluan sambil melihat-lihat beberapa lokasi parkir, berharap mudah-mudahan masih ada tempat buat 1 motor saya saja. Hasilnya nihil. Semua tempat parkir sudah penuh. Dari arah Barat kembali saya dihadang petugas karena parkir didalam sudah penuh. Akhirnya sayapun putar arah lagi, mencari lokasi parkir yang terdekat sudah tidak memungkinkan. Saya pasrah ketika dalam 'putar arah tak menentu itu' ada yang nawarin parkir. Meskipun jarak parkir motor saya sekitar 100 meter dari lokasi acara saya tidak peduli, karena dari saking niatnya saya dan istri saya mengunjungi pagelaran yang dilaksanakan setahun sekali ini.
******
Begitu tiba dilokasi mulai dari pintu masuk desak-desakan pengunjung pun tak dapat dielakkan. Untuk berjalan kaki saja harus dengan mengeser Inchi demi inchi. Sementara disisi kiri pintu masuk lagu-lagu Rock, yang berjudul Rata-Rata langsung menyambut kedatangan pengunjung termasuk saya dan istri saya. Setelah beberapa meter 'jalan geser' suasana sudah lumayan lenggang. Hal ini membuat saya agak lega sambil sesekali melihat-lihat warung-warung makan dan penjual-penjual ala jaman doeloe disisi jalan.
Berbagai macam suasana dan hal disini hampir serba jadul semua. Stand kerajinan seni, hiburan rakyat, hingga panganan tradisional semua tumplek blek di acara yang disponsori oleh Telkomsel ini. Selain itu para pengunjung pun juga tak mau kalah 'jadoel', rata-rata sebagian besar memakai busana-busana ala kakek - nenek dengan memakai baju batik atau kebaya. Ada juga yang berpakaian layakanya penjuang PETA sambil membawa sepeda ontel, ada yang memakai kostum kolonial dan lain sebagainya. Bahkan dokar-dokarpun juga tak mau ketinggalan ikut menghiasi suasana ini. Bagi yang hobyy foto-foto, narsis-narsis-an maka di ajang tempoe doeloe inilah mereka meluapkan 'aksinya' secara total.
Pergi ke acara ini saya jadi membayangkan bagaimana suasana kehidupan masyarakat di rentang era 1914-1945? Bagaimana pula kesenian, tradisi serta kelezatan aneka jajanan tradisional tempo dulu? Bahkan di acara yang berpusat di Museum Brawijaya ini saya sempat merasa hidup di masa kanak-kanak kakek buyut saya dahulu kala. Begitu mengesankan acara ini sekalipun harus berjalan sekian ratus meter dari lokasi parkir.
Sementara itu, dipentas utama digelar acara pentas Wayang Topeng Anak Panji Laras "Sayemboro Sodo Lanang", tiba disini acaranya sudah selesai karena kami datang kemalaman. Namun saya dan istri saya masih menyempatkan diri untuk mengabadikan sisa-sisa acara ini melalui kamera (he he.. ikut narsis akhirnya). Kearah selatan dari acara Wayang Topeng ini ada pementasan Wayang Beber Pacitan "Joko Kembang Kuning", tiba di tempat, acaranya juga sudah selesai, tak lupa kami juga menyempatkan diri untuk foto-foto. Sedangkan acara yang masih berlangsung waktu itu adalah pementasan Ludruk Palma "Panji Laras". Menurut salah satu penonton acara ini akan berakhir hingga jam 24.00 WIB. Apa boleh buat, sekalipun datang terlambat, kami pun ikut menikmati pementasan Ludruk ini walaupun duduk dikursi paling belakang.

Pementars Ludruk: Palma "Panji Laras"
Belum selesai acara ludruk Panji Laras, tiba-tiba istri saya ngajak pulang. Katanya dia tidak ngerti dengan alur ceritanya, maklum bahasa yang digunakan dalam pentas Ludruk ini adalah bahasa Kromo Inggil (bahasa Jawa paling halus), jadi wajar jika istri saya bingung dan bosan. Lagian waktu itu jam sudah menunjukkan 10.40 WIB. Akhirnya kami pun bertolak pulang dengan berjalan kaki lagi sekitar 100 meter ke tempat parkir.