Minggu, 11 April 2010

Memahami Misi Hidup Melalui Ummul Qur'an

Membahas masalah hidup dan kehidupan di alam semesta ini tentu saja tidak bisa lepas dari sebuah tatanan-tananan dan peraturan-peraturan. Dimana melalui peraturan-peraturan itu diharapkan laju perjalanan alam semesta ini akan berlangsung kondusif, efisien dan efektif. Peraturan-peraturan tersebut harus meliputi seluruh materi yang ada di semesta ini. Mulai dari Matahari yang diatur untuk mengeluarkan cahaya atau sinar yang memancar dari dirinya sendiri. Bumi diatur untuk berputar sendiri pada porosnya selama 24 jam berturut-turut seraya mengelilingi matahari selama 1 tahun melalui rel atau garis edarnya. Bulan mengelilingi bumi selama 30 hari. Demikian juga halnya dengan materi-materi lainnya di alam semesta ini tidak akan lepas dari peraturan-peraturan yang harus di patuhi. Sedikit saja aturan itu dilanggar, maka tentu saja akibatnya akan menjadi fatal bagi seluruh tatanan kehidupan lainnya di seluruh alam semesta ini. Lalu, siapakah yang membuat peraturan-peraturan itu? Yang membuat peraturan-peraturan di alam semesta ini tentu saja adalah yang menciptakanya. Siapa yang menciptakan alam semesta ini? Dialah Allah SWT, Dzat yang menjadikan alam semesta ini ADA dari TIDAK ADA. Lalu kemudian atas Sifat Maha KuasaNya dibuatlah peraturan-peraturan yang wajib di patuhi oleh seluruh ciptaanNya. Peraturan tersebut berbeda-beda sesuai dengan perannya masing-masing dialam semesta ini. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al-A'raf: 7 yang artinya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-A'raf:7) Menilai dari sisi hati nurani memang merupakan hal yang wajib jika yang membuat aturan di alam semesta ini hanyalah Allah semata. Karena memang hanya Dia yang maha tahu bagaimana seharusnya tatanan alam semesta ini bekerja. Demikian juga halnya dengan Manusia. Manusia pada dasarnya tidak tahu untuk apa hidup di dunia ini dan Apa saja yang harus dilakukannya. Untuk itu kemudian Allah memberikan manusia akal untuk digunakan mencari cara bagaimana seharusnya dia hidup. Lalu diutuslah seorang Rasul untuk menyampaikan wahyuNya kepada seluruh umat manusia tersebut untuk dipelajari dan dipahami dan kemudian di aplikasikan dalam kehidupannya sehari-sehari. Dengan memahami, menjalani dan mematuhi aturan yang terdapat dalam wahyu tersebut maka manusia insyaALLAH pasti akan selamat. Kenapa? Karena Allahlah yang menciptakan manusia dan pastilah Allah lebih tahu tentang caranya bagaimana seharusnya manusia menjalani hidupnya yang benar agar selamat. *** Secara panjang lebar, Allah SWT telah memberitahukan manusia melalui RasulNya Muhammad SAW - mengenai bagaimana aturan yang diberlakukan kepada manusia dalam rangka menjalani kehidupannya sehari-hari di muka bumi ini. Aturan-aturan itu kita kenal dengan Wahyu yang terkumpul dalam satu kitab suci bernama Al-Qur'an. Al-qur'an sebagaimana kita ketahui bersama terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat. Namun ada beberapa ulama yang khilaf tehadap susunan jumlah surat dan ayat tersebut. Dari 114 surat tersebut ada 1 surat yang dikenal dengan surat Al-fatihah, dimana surah Al-fatihah ini oleh umat Islam dikenal juga dengan Ummul Qur'an. Dinamai surat Al-fatihah (Pembukaan) karena surat ini merupakan surat yang berada di urutan pertama dari 113 surat lainnya. Terdiri dari 7 ayat dimana dalam setiap ayat-ayat tersebut menurut hemat penulis berisi seputar VISI dan MISI umat manusia selama didunia. Dari mana, akan kemana dan untuk apa manusia diciptakan di surat Al-Fatihah inilah semuanya digambarkan. Paparan dalam ayat-ayat tersebut begitu singkat padat dan cukup jelas, akan tetapi untuk lebih mendetailnya Allah "menjelaskannya" dalam surat-surat berikutnya. Oleh karena itulah kemudian surat Al-fatihah ini disebut juga sebagai Ummul Qur'an (Ibu Al-Qur'an). Berikut ini sedikit gambaran singkat penulis akan ke 7 ayat dalam surat Alfatihah tersebut. Ayat 1. Bismillahi Ar-Rahmani Ar-Rahimi. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sebagai surat pembukaan maka dimulai membacanya pun sudah sepatutnya menyebut nama Allah. Hal ini dilakukan semata karena Allah begitu sayang (Ar-Rahiim) sama manusia. Sehingga dari saking sayangnya manusia kemudian - melalui sifat Ar-RahmanNya- memberikan kitab Al-Qur'an sebagai pentunjuk (pedoman) tentang bagaimana seharusnya menjalani hidup. Ayat 2. Alhamdulillahi Rabbi Al-'alamin. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Karena Allah telah mengasihi dan menyayangi manusia dengan diberikannya petunjuk berupa Kitab Al-Quran. Maka sudah selayaknya pula manusia memuji Kebesaran dan Kasih SayangNya. Selain itu ayat merupakan hakikat tujuan hidup (MISI) manusia selama didunia. Tujuan (MISI) hidup manusia dimuka bumi ini sebenarnya hanyalah ALLAH semata. Allah Rabbil 'alamiin (Tuhan semesta alam). Bukan harta benda atau materi duniawi lainnya. Melainkan Allahlah sebenarnya tempat manusia dan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini akan kembali. Karena itu Allah akan sangat murka jika manusia didalam mejalani aktifitas sehari-harinya hanya untuk mencari harta duniawi saja bahkan menganggap segalanya itu sebagai tuhan. Dari saking murkanya Allah sampai menutup pintu taubatNya bagi manusia golongan semacam ini. Lalu bagaimana seharusnya manusia menposisikan Allah sebagai MISI hidupnya selama di dunia? Semuanya diperjelas oleh Allah dalam surat-surat dan ayat-ayat berikutnya. Ayat 3. Ar-Rahmani Ar-Rahimi Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Maka sebenarnya manusia ini sangat beruntung Allah Menyayangi dan Mengasihinya. Termasuk juga mengasihi seluruh ciptaan-ciptaanNya. Penjelasan tentang bagaimana Allah menyayangi dan mengasihi umatnya dijelaskan pula olehNya dalam ayat dan surat-surat dan ayat-ayat berikutnya. Ayat 4. Maliki yaumi Al-dien. Yang menguasai di Hari Pembalasan Nah. Disinilah sebenarnya tempat tinggal manusia yang sebenarnya. Di alam Yaumiddin inilah Allah akan mengadili umat-umatnya termasuk manusia dan jin. Apakah mereka ingkar atau taat. Dari seluruh perbuatan-perbuatannya itu Allah akan membalasnya dengan balasan yang setimpal. Sedangkan penjelasan mengenai balasan yang setimpal itu juga sudah dijelaskan lebih rinci dalam surat dan ayat-ayat berikutnya. Ayat 5. IyyaKa na'budu wa iyyaKa nasta'iin Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan Ayat ini menjelaskan bahwan inilah sebenarnya MISI manusia hidup didunia. Yakni Hanya menyembah dan beribadah kepada Allah serta meminta pertolongan. Apapun yang manusia lakukan di muka bumi ini akan berakibat fatal jika tidak diniatkan untuk ibadah kepada Allah. Terus, bagaimana cara umat manusia beribadah? pembaca dapat mencari sendiri uraiannya dalam surat dan ayat-ayat berikutnya. Ayat 6. Ihdina Al-Shirata Al-Mustaqiim Tunjukilah kami jalan yang lurus. Diakui atau tidak, sudah merupakan hukum alam sepertinya. Bahwa untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Cita-cita misalnya, manusia harus selalu konsisten dan konsenstari penuh bagaimana supaya cita-citanya tergapai tepat sasaran. Tidak boleh ada hal lain yang mengganggu konsentarinya dalam hal ini. Terganggu sedikit saja maka hal itu akan menjadi kendala, dimana resiko mencapai cita-citanya akan mengalami kegagalan dan harus mengaturnya kembali dari awal. Nah demikian juga halnya dengan Misi manusia di muka bumi untuk Menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah. Manusia harus konsisten dalam mejalankannya agar supaya Allah sebagai visi hidupnya tercapai dengan sempurna. Ayat 7. Shirata Al-Ladzina an'amta 'alaihim ghairi Al-Maghdubi 'alaihim walaa Al-Dzaalliin. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat Kemudian seperti apakah jalan yang lurus itu? Sebagaimana di jelaskan di ayat ini, bahwa jalan yang lurus itu adalah jalan (cara) beribadah yang telah ditempuh oleh manusia terdahulu, dimana dari jalan yang ditempuhnya itu mereka mendapat nikmat dari Allah. Sedangkan jalan yang tidak lurus adalah jalan hidup yang ditempuh oleh orang-orang terdahulu, dimana pola hidupnya itu di Murkai oleh Allah karena mereka menempuh jalan yang tidak lurus sehingga "tersesat di kegelapan". Lalu siapkah mereka yang mendapat nikmat dan mendapat murka Allah itu. Hal ini juga sudah diceritakan kisah-kisahnya oleh Allah dalam surat dan ayat-ayat berikutnya. Surat Al-fatihah ini merupakan "rangkuman" dari seluruh isi yang terkandung dalam Al-quran. Padat, Singkat dan cukup jelas. Disinilah makanya kemudian Surat Al-fatihah disebut juga sebagai Ummul Qur'an. Semua uraian diatas, penulis yakin masih sangat jauh dari sempurna. Jujur, penulis bukan seorang ahli tafsir yang patut dan pantas untuk mentafsiri ayat-ayatNya. Penulis masih jauh sekali dari tinggkatan itu. Untuk itu penulis berharap ada sumbangsih dari para pembaca terkait tulisan ini. Entah itu berupa saran dan kritik. Atau mungkin mau menambahkan atau menyempurnakan. Silahkan. Penulis akan dengan senang hati mempersilahkan. Wallahu a'alam..

Minggu, 04 April 2010

Hijaukan Lingkungan Kita Sebelum Terlambat (Bagian 3 - Habis)

Pada dasarnya makhluk hidup di dunia ini dibedakan menjadi 2 golongan. Golongan yang pertama adalah Al-Hayawan An-Naatiq (Hewan yang berakal) dan Al-Hayawan Ghairu An-Naatiq (Hewan yang tidak berakal). Hewan yang berakal yang dimaksud disini adalah manusia. Sedangkan hewan yang tidak berakal adalah makhluq hidup selain manusia. Bisa kita bayangkan bersama seandainya manusia tidak di beri akal oleh Allah. Apa yang akan terjadi, tentu saja hukum alam rimbapun akan berlaku disini. Pegangannya bukan lagi pada standar kebenaran melainkan kepada kekuatan fisik. Akan tetapi karena tujuan Allah menjadikan manusia di muka bumi ini sebagai Khalifah, maka dibekalilah jasad manusia dengan akal. Sedangkan fungsi makhluk hidup yang tidak mempunyai akal adalah sebagai pelengkap dan sarana keberlangsungan hidup manusia selama di dunia. Disini kemudian manusia diajari bagaimana cara memanfaatkan makhluq yang ghairu An-Natiq tersebut. Dimana ajaran-ajaran memanfaatkannya itu bisa manusia dapatkan melalu Firman Allah dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi SAW. Sebagai contoh kecil, didalam memanfaatkan ayam untuk di makan, maka cara memanfaatkan yang baik adalah dengan cara disembelih dengan pisau yang sangat tajam dan sebelum di sembelih diwajibkan untuk membaca Basmalah terlebih dahulu. Setelah itu kita harus mensucikan ayam tersebut dari darah dan kotorannya hingga benar-benar bersih dan suci. Barulah kemudian dimasak atau dipanggang. Setelah matang maka barulah kita makan hewan tersebut. Berbeda halnya dengan cara mahkluq ghairu An-Naatiq dalam mencari makan untuk kelangsungan hidupnya. Bisa kita lihat di media televisi, misalnya bagaimana segerombolan harimau mencari makan (memangsa) kerbau, bagaimana seekor elang memangsa anak ayam, bagaimana pula ular memangsa tikus dan sebagainya. Tidak dapat di pungkiri kalau dari penglihatan mata kita akan berujung kepada sebuah kesimpulan: brutal. Itulah fungsi akal manusia, bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Akan tetapi akhir-akhir ini, manusia dengan akalnya seolah-seolah dihadapkan pada sebuah fakta yang sulit untuk membadakan antara mana Al-Hayawan An-Naatiq dan mana Al-Hayawan ghairu An-Naatiq. Bahkan lebih ironis seakan-akan Al-Hayawan An-Naatiq itu saat ini sudah hampir punah di muka bumi ini. Manusia dengan akalnya justru lebih kejam dan sadis dari pada mahkluk yang tidak punya akal. Singkatnya, jika kita menemukan kerusakan-kerusakan di segala lini kehidupan, maka manusialah penyebabnya. Gara-gara Al-Hayawan An-Naatiq-lah perubahan iklim disekitar kita dan dibumi kita menjadi semakin rusak dan tercemar. Sebagaimana tergambar jelas dalam Surat Ar-Ruum berikut ini: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Ruum:41) Memang merupakan sebuah fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa akhir-akhir ini perubahan iklim dunia semakin tidak bisa di anggap remeh. Sebagaimana penulis telah paparkan pada tulisan bagian sebelumnya (bagian 1-2). Untuk itu, pada bagian tulisan terakhir ini, penulis akan mengajak para pembaca untuk kembali ke jalan yang benar sebagaimana kalimat di akhir QS. Ar-Ruum:41 diatas tadi. Mengembalikan kondisi alam lingkungan kita ke tatanan semula memang sangatlah (bahkan pasti) tidak mungkin. Tidak mungkin manusia sanggup mengembalikan sumber daya alam diperut bumi yang sudah dikeruk mulai ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Tidak mungkin pula manusia dapat mengembalikan hutan yang kini sudah ditempati gedung-gedung pencakar langit dan rumah-rumah mewah serta apartemen-apartemen yang menjulang langit. Tidak mungkin kita bisa mengembalikannya secara utuh seperti sedia kala. Disinilah pentingnya kita menyadari bersama bahwa kita (manusia) sungguh telah banyak merusak fasilitas kita sendiri. Kita harus bertanggung jawab dan bergerak bersama-sama untuk menyelamatkan bumi kita ini dari ancaman keruskan iklim. Hijaukan lingkungan kita sebelum terlambat.. (Habis..)

Sabtu, 03 April 2010

Hijaukan Lingkungan Kita Sebelum Terlambat (Bagian 2)

1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. 2. sampai kamu masuk ke dalam kubur. 3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), 4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. 5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, 6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, 7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin 8. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS. Attakaatsur: 1-8) Sebaigaimana telah dijelaskan pada tulisan bagian yang lalu, bahwa pola hidup masyarakat kita saat ini cenderung konsumtif terhadap segala sesuatu yang bersifat baru, mewah, canggih, keren dan lain sebagainya. Padahal entah disadari atau tidak prilaku konsumtif itu justru akan membahayakan terhadap lingkungan sekitarnya. Dan tidak menutup kemungkinan hal tersebut juga akan mengancam terhadap keberlangsungan hidup generasi kita yang akan datang. Surat At-Takaatsur diatas kiranya bisa kita jadikan sebagai bahan renungan bersama. Bahwa dalam ayat ini Allah mewanti-wanti kita sampai tiga kali dalam ayat 3,4,5 agar hendaknya manusia hidup dimuka bumi ini tidak (atau paling tepatnya -menghindari diri) bermegah-megahan sehingga hal itu bisa melalaikannya dari iman. Tidak sedikit dari mereka yang tahu bahwa dengan hidup glamor itu jusrtu akan mengancam perubahan iklim lingkungan kita. Mereka sadar dan mereka tahu. Karena pada dasarnya mereka yang cenderung senang hidup bermewah-mewahan itu adalah justru mereka yang mempunyai pengetahuan tinggi. Tapi karena mungkin nafsu untuk menguasai dunia sudah terlampau menguasai hati dan pikirannya, maka mereka hanya sebatas tahu dan sadar saja. Tidak ada langkah kongkrit untuk meng iyakan perintah Allah dalam Ayat 5 di surat At-Takaatsur tersebut. Pada tulisan yang lalu penulis hanya membahas sedikit seputar langkah kongkrit yang hendaknya dimulai dari diri kita masing-masing. Mulai rumah, kantor, gedung dan bangunan-bangunan lainnya. Sedangkan pada tulisan bagian kedua ini, penulis akan mengajak pembaca sekalian untuk ikut juga berpartisipasi menghijaukan lingkugan kita selama kita berada diluar rumah, kantor dan diluar gedung-gedung lainya. Aktifitas manusia tentu saja tidak melulu dilakukan di dalam ruangan rumah, kantor dan semacamnya. Melainkan manusia juga merasa perlu beraktifitas diluar, seperti belanja, olahraga, berwisata dan lain sebagainya. Selama berada di luar inilah pola hidup manusia kadang kala tetap tidak ingin berpisah dengan kesan kehidupan yang megah dan serba mewah lainnya. Ini jugalah yang justru entah di sadari atau tidak dapat menyebabkan kerusakan lingkungan kita. Beberapa contoh yang akan penulis sebutkan di bawah ini mungkin bisa menjadi bahan pelajaran bagi kita bersama untuk merubah pola hidup kita menjadi sederhana ketika sedang beraktifitas diluar. Transportasi Pergi ke suatu tempat, entah ke kantor, objek wisata, pasar, pusat perbelanjaan dan semacamnya biasanya kita membutuhkan sarana transportasi agar supaya cepat sampai di tempat tujuan. Sarana transportasi sebagaimana kita ketahui saat ini sangat beragam. Mulai dari kendaraan mobil pribadi, taksi, angkot, motor pribadi, ojek dan sebagainya tergantung kemampuan dan kemauan kita untuk menggunakan sarana transportasi yang mana. Ironisnya dalam menggunakan alat transportasi ini, sebagaimana penulis jelaskan sebelumnya, masyarakat kita masih banyak yang gengsi-gengsian dan ingin tampil wah. Hal ini bisa kita lihat dari menjamurnya kendaraan-kendaraan pribadi nan mewah desetiap jalanan saat ini. Padahal semakin banyak kendaraan bermotor maka tentu saja akan semakin banyak karbon yang terlepas ke udara. Tentu saja hal ini akan semakin memperburuk keadaan iklim lingkungan kita. Maka dari sinilah kemudian perlu kiranya kita mencermati bersama langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk mencegah Emisi Karbon dari sarana transportasi ini. Misalnya dengan menggunakan sarana transportasi yang ada secara bersama-sama. Menggunakan satu mobil untuk bersama-sama dengan teman-teman kita maupun keluarga, bukannya malah satu mobil satu orang. Selain itu memanfaatkan sarana transportasi angkutan umum juga merupakan salah satu kebijan bagus untuk menekan emisi karbon. Jika tujuan kita tidak terlalu jauh ada baiknya jika kita melakukannya dengan jalan kaki saja. Atau kalau dirasa cukup jauh kita bisa juga menggunakan sepeda. Dimana sepeda sesungguhnya merupakan sarana trasnportasi yang bebas karbon atau polusi udara. Selain menyehatkan badan, bersepeda juga merupakan sarana transportasi yang ramah lingkungan dari jaman dahulu kala. Dan satu hal yang terpenting yakni bersepeda selama 30 menit setiap hari jika dilakukan 5 kali dalam seminnggu dapat mengurangi resiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan diabetes(www.active-transportation.org). Jadi tidak perlu gengsi bersepeda, toh ini demi menjaga lingkungan kita dan badan kita agar sehat dan bugar. Demikian juga halnya dengan berjalan kaki. Berjalan kaki diakui atau tidak telah terbukti (bahkan tidak dapat terbantahkan lagi) sangat baik bagi kesehatan kita. Bisa kita lihat pagelaran acara jalan sehat dimana-mana yang akhir-akhir ini sudah semakin marak. Bahkan tidak tanggung-tanggung acara jalan sehat ini kadang (sering) didukung oleh pemerintah setempat. Jika masih terpaksa tidak bisa menerapka kedua hal diatas, yakni jalan kaki atau bersepeda. Misalnya dengan alasan jarak yang ditempuh sangatlah jauh. Maka setidak-tidaknya jika terpaksa harus menggunakan kendaraan bermotor pilihlah kendaraan bermotor yang hemat BBM. Saat ini di berbagai media telah banyak di kampanyekan mengenai Ecodriving yang mengajarkan kita untuk menghemat BBM sekaligus emisi gas rumah kaca dan tingkat kecelakaan. Adapun teknik mengemudikan kendaraan yang di rekomendasikan Ecodriving adalah sebagai berikut. 1. Menjaga kecepatan agar konstan. 2. Jangan buang waktu untuk pindah ke gigi yang lebih tinggi 3. Jaga pada posisi gigi tinggi dan RPM rendah 4. Antisipasi kondisi lalu lintas dan hindari kemacetan 5. Kurangi kecepatan perlahan-lahan jika ingin melambat atau berhenti. Dengan demikian jika kita cerdas mengemudi kendaraan bermotor maka hal ini akan dapat menghemat BBM antara 5-10%. Belanja Ramah Lingkungan Berbelanja merupakan kegiatan rutin kita yang hampir setiap hari harus dilakukan. Dalam berbelanja, entah belanja apapun, hampir tidak satupun dari barang belanjaan kita biasanya akan mendapatkan bonus berupa plastik. Dimana plastik ini dimaksudkan sebagai tempat bawaan barang yang kita beli dari toko tersebut. Sebelumnya perlu kita ketahui bersama bahwa bahan baku tas plastik tersebut adalah minyak bumi dan gas alam, dimana dua benda tersebut adalah merupakan penyebab emisi gas rumah kaca. Selain itu benda plastik ini merupakan benda yang sulit di uraikan bahkan hingga ratusan tahun. Sehingga tidak aneh jika sampah plastik ini berserakan dimana-mana. Berdasarkan hal ini maka hendaknya mulai sekarang kita membiasakan membawa tas belanjaan sendiri dari rumah kita masing-masing. Tolaklah dengan halus dan berikan penjelasan kepada kasir atau pelayan di tempat kita melakukan belanja jika mereka bersikukuh memberikan kita tas plastik. Dengan cara seperti ini, sedikit demi sedikit kebutuhan produksi tas plastik akan semakin menurun. Dan otomatis dengan cara ini pula pencemaran lingkungan dan perubahan iklim bisa sedikit lebih berkurang. Diluar negeri, khususnya negara Irlandia mengenakan pajak bagi pemakai kantung plastik ini. Sementara di China pemerintah melarang setiap toko memberikan kantung plastik gratis dan menganjurkan pembeli untuk membawa tas kain atau keranjang sendiri. Kapan kita menyusul? Sekarang juga kita harus menyusul. Mari mulai saat ini tinggalkan pola hidup bermewah-mewahan. Ingatlah bahwa resiko ini amatlah besar baik bagi lingkungan kita maupun generasi kita yang akan datang. Sebelum terlambat, Mari mulai kita dari diri kita masing-masing..(Bersambung..)

Jumat, 02 April 2010

Hijaukan Lingkungan Kita Sebelum Terlambat (Bagian 1)

Pada zaman modern saat ini secara kasat mata perubahan-perubahan di dalam segala lini kehidupan telah menjadi pemandangan yang tidak asing lagi bagi kita. Mulai dari segi sarana infrastruktur pembangunan untuk umum maupun sarana-sarana infrastruktur kehidupan pribadi. Selain itu, berbagai macam peralatan-peralatan canggih pun dewasa ini juga sudah bukan merupakan pemandangan yang aneh. Hal inilah yang kemudian menjadikan masyarakat kita saat ini begitu antusias untuk tidak "mentertinggalkan" dirinya dalam kehidupan modern ini. Masyarakat saat ini menjadi begitu konsumtif terhadap segala sesuatu yang bersifat canggih, effisien dan serba instant. Sehingga tanpa terasa prilaku-prilaku konsumtif ini menjebak mereka dalam sebuah pola hidup yang cenderung boros, bermegah-megahan dan bermewah-mewahan. Dan tanpa mereka sadari pula pola hidup yang konsumtif ini justru membuat kehidupan generasi kita yang akan datang berakibat fatal. Sebutlah sebuah contoh dalam penggunaan energi berbahan fosil serta penggundulan atau kebakaran hutan yang menyebabkan buangan CO2 ke atmosfer naik drastis. Gas inilah yang merupakan unsur pembentuk rumah kaca di atmosfer memantulkan kembali panas yang dilepas oleh permukaan bumi setelah menerima cahaya matahari. Tentu saja, semakin tinggi konsentrasi CO2 maka suhu di permukaan bumi ini pun akan semakin naik. Sebagaimana kita saksikan selama ini, baik di sekitar kita maupun ditempat-tempat lain, yakni perubahan suhu yang tiap hari semakin naik. Selain itu permukaan air laut di pesisir pantai dari tahun ketahun semakin mengalami kenaikan yang cukup drastis. Sehingga dimungkinkan hal ini akan memicu migrasi besar-besaran masyarakat pesisir ke daratan yang lebih tinggi. Sementara itu, didaratan yang tinggi masyarakat saat ini banyak yang merasa kesulitan mendapatkan air tawar karena kekeringan yang berkepanjangan sehingga menyebabkan tanaman-tanaman mereka pun banyak yang rusak dan gagal panen. Sebaliknya, jika musim penghujan datang maka curah hujan pun akan turun dengan sangat drastis pula, sehingga memicu datangnya banjir dimana-mana, longsor dan lain sebagainya. IPCC memperkirakan tinggi permukaan air laut telah naik rata-rata 2.5 mm pertahun. Bila ini terus terjadi, maka pada tahun 2030, Indonesia bisa kehilangan sekitar 2000 pulau. Ini bukanlah cerita fiksi melainkan fakta. Pada tahun 2007, IPPC, yakni sebuah organsisai perkumpulan ilmuan di seluruh dunia menyatakan bahwa perubahan iklim ini adalah nyata. Untuk itulah IPPC kemudian mensosialisasikan agar hendaknya masyarakat di seluruh dunia mulai saat ini juga melakukan pencegahan-pencegahan sejak dini. Begitulah sekilas yang penulis ketahui tentang betapa seriusnya dampak perubahan iklim terhadap linkungan kita. Laju perubahan iklim ini tentu akan sangat berbahaya bagi generasi anak cucu kita di masa mendatang. Untuk itu, seyogyanya kita memulai pencegahan ini sedini mungkin. Yakni dengan mengubah pola hidup bermewah-mewahan dengan pola hidup yang sederhana dan tidak boros energi. Kesadaran dari diri masing-masing masyarakat saat ini merupakan jalan satu-satunya untuk mencegah perubahan iklim ini. Mulai Dari Rumah dan Kantor Kita Rumah maupun bangunan-bangunan lain yang sejenisnya adalah merupakan sumber emisi gas rumah kaca yang cukup signifikan. Bangunan (selain penggunaan listrik) rata menyumbang 7.5% emisi gas rumah kaca. Jika diakumulasikan dengan penggunaan listrik maka bisa di perkirakan angkan tadi akan naik menjadi 35% dari total emisi global. Sebagaimana di ungkap UNEP Sustaina ble construction and Building Initiative: Bengunan mengkonsumsi sekitar 30-40% dari total energi global. Hal diatas tentu saja karena disebabkan oleh penggunaan energi listrik di rumah-rumah maupun bangunan-bangunan besar lainnya saat ini sangat tinggi. Seperti misalkan penggunaan AC, Lemari ES, Televisi, Komputer dan peralatan-peralatan berbasis listrik lainnya. Oleh karena itu kiranya akan sangat bijak jika dalam menggunakan segala peralatan yang membutuhkan energi listrik itu kita tekan dengan se efisien mungkin. Dengan paling tidak mengkonsumsi energi listrik dalam waktu yang cukup singkat. Sebagai contoh misalnya dengan menggunakan peralatan listrik yang hemat energi. Jika selama ini kita menggunakan bohlamp (lampu pijar) maka segeralah ganti bohlamp tersebut dengan lampu hemat energi serperti lampu Fluorescent, masyarakat kita biasanya mengenal nama lampu ini dengan sebutan lampu neon. Memang lampu Fluorescent (neon) terbilang lebih mahal dari pada bohlamp, tapi yang perlu kita perhatikan bersama adalah, hal ini semata demi menghemat penggunaan listrik untuk menekan naiknya konsumsi energi global rumah kita. Selain itu nyala lampu neon ini sinarnya akan lebih terang dari pada sinar bohlamp yang cenderung redup. Selain mengganti lampu bohlamp, di rumah kita ataupun di gedung perkantoran saat ini sudah tidak asing lagi dengan namanya perangkat komputer yang memakai monitor, LCD dan TV. Dari peralatan-peralatan ini, suatu hal yang sering kita abaikan adalah membiarkan perangkat-perangkat tersebut dalam keadaan Standbay Mode ketika kita sedang tidak menggunakannya. Padahal tanpa kita sadari dalam keadaan standbay mod peralatan elektronik tersebut tidak mati, melainkan nyala, dimana hal ini secara otomatis juga akan mengkonsumsi energi listrik. Untuk itu hendaknya kita membiasakan mematikan standbay mode tersebut dari segala peralatan elektronik rumah dan kantor kita jika perangkat tersebut tidak sedang kita gunakan. Memulai dari suatu hal yang kecil-kecil memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk di biasakan dalam kehidupan sehari-hari kita. Tapi jika kita benar-benar menyadari akan bahaya laten perubahan iklim saat ini, maka mau tidak mau kita harus ikut berpartisipasi demi menyelamatkan dunia ini dari kerusakan global dan demi keselamatan generasi kita yang akan datang. Ketika suhu pada siang hari naik hingga beberapa derajat maka panaspun semakin tidak bisa kita hindari. Dalam menghindari suhu yang panas ini sebagian besar dari kita biasanya menggunakan jasa AC untuk menurunkah suhu ruangan yang kita tempati. Dalam keadaan dingin kita justru kadang tidak menurunkan suhu AC tersebut. Malah membiarkannya lalu kemudian kita mengenekan pakaian-pakaian yang tebal semacan jas dan lain sebagainya. Ini menurut saya justru perbuatan yang mubadzir. Memang saat itu kita akan merasakan nyaman bekerja sekian jam dalam ruangan tersebut. Akan tetapi disadari atau tidak ternyata jasa AC tersebut juga membutuhkan energi listrik yang tidak bisa di bilang rendah. Semakin besar suhu AC kita naikkan maka semakin besar pula energi listrik yang di perlukan. Padahal suhu udara yang di perlukan agar manusia bisa beraktifitas dengan nyaman adalah berkisar antara 24-26 derajat C. Jadi pada dasarnya pemakaain AC dalam ruangan tersebut tidak begitu perlu kita gunakan karena suhu udara di negara tropis seperti negara kita Indonesia ini berkisar antara 25-27 derajad C. Memanfaatkan Matahari, Udara dan Tanam-Tanaman Hias Jika kita benar-benar ingin bijak mensikapi masalah suhu ini, maka ada beberapa hal yang menurut penulis akan mampu membantu meringankan kebutuhan kita terhadap energi listrik ini. Diantaranya adalah Matahari dan Udara. Didaerah tropis seperti Indonesia memiliki cahaya alami melimpah karena matahari bersinar terus sepanjanng tahun. Selain itu di negara-negara maju integritas pencahaayaan alami pada gedung komersial mampu menurunkan biaya energi hingga 1/3nya. Dengan ini penulis beranggapan tidak ada salahnya jika kita juga meniru hal tersebut. Dengan membiarkan cahaya matahari masuk ke ruangan-ruangan kita berikut juga udara-udara segar dari alam sekitar akan mampu mengurangi bahkan bisa mengganti penggunaan AC yang memerlukan energi tidak sedikit ini. Agar rumah atau gedung-gedung kantor kita mudah menyerap udara segar maka ada baiknya jika pekarangan, halaman dan bahkan tembok kita hijaukan, yanki dengan cara menanaminya dengan tananaman-tanaman hias dan rumput-rumputan misalnya. Sedangkan untuk tembok bisa menanaminya dengan tanaman-tanaman hias yang menjalar. Bijak Menggunakan Kertas dan Air Selain yang telah penulis sebutkan diatas tentunya masih banyak sikap prilaku hidup boros yang selama ini jarang kita sadari. Termasuk didalamnya adalah penggunaan kertas. Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa bahan baku utama kertas adalah kayu. Jadi jelas, semakin banyak kertas kita gunakan maka akan semakin banyak pula kayu yang akan ditebang. Sedangkan ancaman dari penebangan hutan ini akan berdampak serius terhadap pembuangan C02 ke atmosfer sebagaimana telah penulis jelaskan sebelumnya. Untuk itu menghemat kertas hendaknya juga sudah kita biasakan mulai dari sekarang. Gunakan kertas seperlunya dan jika tidak terlalu penting (hanya sekedar untuk orat-oretan dan sebagainya) kita bisa menggunakan kertas bekas yang sudah tidak terpakai dan masih bisa fungsikan. Selain menghemat kertas, menghemat air pun mulai saat ini rupanya sudah merupakan pola hidup baru yang (mau tidak mau) harus kita biasakan. Dalam hal ini penulis juga telah memaparkan sebelumnya bahwa seiring dengan naiknya suhu di permukaan bumi, masalah kekeringan diberbagai tempat merupakan masalah yang sangat serius dan tidak bisa di anggap remeh. Dimana bahan-bahan pokok makanan banyak yang mengering bahkan gagal panen secara total. Jika ini dibiarkan terus menerus, maka lonjakan harga kebutuhan bahan pokokpun merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindarkan. Untuk itulah perlu kiranya mulai saat ini kita juga hendaknya menghemat persediaan air bersih kita. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghemat air bersih ini. Dalam hal mandi misalnya, kita bisa menggunakan pancuran, tidak berendam di air, dan lain sebagainya. Apa saja yang penulis paparkan dalam tulisan singkat ini tentu saja masih jauh dari sempurna terkait berbagai hal yang harus kita lakukan dalam rangka mencegah perubahan iklim ini. Akan tetapi jika kita biasakan untuk melakukannya, maka besar kemungkinan, laju perubahan iklim yang membahayakan generasi kita ini akan mengalami penurunan yang sangat signifikan. Dengan catatan kita harus melakukan hal ini secara bersama-sama, Continiue dan stimulan. Marilah mulai saat ini juga, dari diri kita masing-masing. Jadikan lingkungan kita lingkungan yang hijau, bersih dan sehat dalam rangka mengatisipasi laju perubahan iklim dunia. (bersambung..)