Minggu, 13 Juni 2010

Sifat Rasulullah SAW dan Media Impian Masyarakat

Media massa sebagaimana telah kita pahami secara umum adalah merupakan sebuah sarana informasi dan komunikasi diantara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya. Mulai sejak jaman dahulu kala hingga saat ini semua manusia dibelahan bumi manapun yang entah disadari atau tidak pasti akan membutuhkan sebuah media masa sebagai sarana informasi dalam keseharian mereka. Dengan demikian maka secara tidak langsung media masa sebenarnya mempunyai tanggung jawab yang amat besar terhadap masyarakat. Terutama dalam hal kebenaran, keakuratan serta ketajaman analisa informasi yang disampaikan harus benar-benar membuat masyarakat puas atau setidak-tidaknya masyarakat tidak kecewa dengan informasi yang disampaikan. Dalam islam, perihal menyampaikan sebuah informasi inipun sebenarnya sudah dicontohkan oleh Rasulullah sendiri. Dimana beliau sendirilah yang saat itu menjadi media (penyampai informasi wahhyu) dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril untuk kemudian disampaikan kepada Ummatnya. "Informasi-informasi" (Wahyu) yang disampaikan media (Rasulullah) tersebut kita mengenalnya dengan Al-Qur'an. Dimana isi yang terkandung dalam Al-Qur'an tersebut adalah merupakan ajakan-ajakan kepada seluruh umat Manusia untuk menyembah Allah SWT sebagai Tuhan yang sebenar-sebenarnya. Selain itu pula dalam Al-Qur'an tersebut juga diceritakan beberapa kisah-kisah masyarakat jaman dahulu mulai dari nabi Adam semuanya dikisahkan secara jelas dan gamblang. Bahkan kisah-kisah yang akan datangpun hingga akhirat nanti juga dijelaskan dengan akurat dalam Al-Qur'an tersebut. Dan uniknya Al-Quran sampai saat ini telah ditafsiri kedalam ratusan kitab tafsir yang dikarang oleh ilmuan-ilmuan Islam yang sangat tinggi tinggat keilmuannya. Lalu timbul sebuah pertanyaan kenapa kesempurnaan Al-Quran tetap terpelihara hingga saat ini ya, bahkan hingga hari kiamat nanti? Itu semua karena tidak lepas dari peran Nabi Muhammad SAW yang saat itu menjadi media penyampai wahyu dari Allah. Rasulullah menyampaikan wahyu-wahyu tersebut dengan sifat Tablighnya (Menyampaikan) dengan cara yang Sidiq (Jujur) - tidak dilebih-lebihkan dan tidak dikurangi satu hurufpun. Semua informasi (Wahyu) dari Allah yang harus di sampaikan sama umatnya pasti beliau informasikan tanpa mengkorupsinya sedikitpun apalagi menambah-nambahkan. Selain itu, cara menyampaikannya pun dilakukan secara cerdas (Fatonah)oleh Rasulullah, misalnya Rasulullah menjelaskan ayat-ayat yang tidak jelas kepada umatnya baik itu dengan cara perbuatan, perkataan maupun sikap. Hal ini kemudian kita menyebutnya sebagai hadits. Nah menjelaskan ayat-ayat yang perlu ditafsiri dalam Al-Quran itu merupakan Tanggung Jawab (Amanah) beliau kepada umatnya agar supaya umatnya tidak salah paham memahami Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Kesimpulan saya dari tulisan diatas adalah, Media masa yang berkembang pesat saat inipun seharusnya juga mencontoh Rasulullah didalam menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Pertama yaitu sifat Amanah, yakni siap ber(Tangung jawab) terhadap dampak informasi yang disampaikan. Kedua adalah sifat Fatonah. Pandai dan Cerdas menganalisa informasi serta memilah milah informasi mana yang baik untuk di publikansikan dan dikomsumsi oleh masyarakat. Jangan kemuadian mempublikasikan informasi yang menimbulkan ketersinggungan golongan tertentu. Atau mempublikasikan informasi-informasi yang mendorong penyimak informasi melalukan tindakan-tindakan negatif dan meresahakan masyarakat. Ketiga adalah Sifat Siddiq. Jujur terhadap informasi yang disampaikan. Ini adalah konsekwensi dari sifat tanggung jawab dan Cerdas tadi. jadi jika memang sudah merasa siap dan cerdas, maka informasi yang akan disampaiakanpun seharusnya informasi yang benar-benar terjadi. Tidak menambahkan dan tidak mengurangi sedikitpun. Nah kemudian konsekwensi yang terakhir adalah Tabligh (Menyampaikan) informasi kepada khalayak. **** Tulisan ini saya buat dalam rangka merespon gencarnya media massa yang akhir-akhir ini mempublikasikan informasi tindakan asusila yang dilakukan oleh oknum terntentu yang mirip artis, atau bahkan mungkin artis itu sendiri yang melakukan wallahu wa yang bersangkutan a'lam. Mempublikasikan informasi seperti ini kontan menjadikan publik menjadi penasaran sehingga kemudian dalam waktu singkat perbuatan asusila yang direkam lewat kamera itupun menyebar luas di masyarakat. Bahkan masyarakat yang sebelumnya awam dalam hal ini juga akan ikut penasaran. Kenapa? Karena hampir setiap hari bahkan mungkin setiap menit selalu informasi yang satu itu saja yang di publikasikan. Seolah-olah informasi ini memaksa masyarakat agar penasaran dan akhirnya tau lalu kemudian mengikuti. Jadi, sebaiknya mulai saat ini informasi-inforamsi semacam diatas hendaknya di tinjau ulang dengan Cerdas (Fatonah) Sebelum di publkasikan (Tabligh) ke halayak. Menyampaikan yang sejujurnya (Siddiq) bukan berarti menyampaikan informasinya secara rinci. Akan tetapi hendaknya dianalisa dampak kira-kira yang akan terjadi setelah sebuah informasi dipublikasikan. Terakhir, Jika informasi telah terlanjur di publikasikan, maka apapun yang terjadi hendaknya media yang mempublikasikan informasi tersebut bertanggung jawab (Amanah) terhadapnya. Semoga kebelakang media masa bisa meneladani sifat Rasulullah SAW didalam menyampaikan informasi (Wayhu) dari Allah kepada ummatnya. Amin.