Senin, 20 Desember 2010

Mengemis Gaya Baru

"Saya tidak mengemis pak. Saya cuma butuh duit Rp.3000 buat ongkos naik bis ke Jombang", kata seorang ibu paruh baya, umurnya kira-kira 50 tahun. Dari cara berpakaian saya liat sepintas dia memang bukan tampang pengemis. Rapi, bersih dan bahkan sedikit ada polesan bedak diwajahnya yang mulai keriput. Saya kaget, sebab dia datangnya begitu tiba-tiba dan tanpa permisi. Saya masih diam dan ibu itu terus mengulang lagi kata-katanya sambil memelas bahwa ia tidak mengemis tapi sekedar minta ongkos buat naik bis ke jombang. 

Dalam diam itu saya jadi teringat pada beberapa kejadian-kejadian di beberapa tempat mengenai modus-modus pengemis atau peminta-minta didalam melakukan aksinya. Ada yang dilakukan dengan modus meminta sumbangan untuk pembangunan pesantren atau masjid dengan berbekal surat-surat proposal dari lembaga atau yayasan yang bersangkutan. Dalam proposal tersebut tercamtum beberapa nama-nama pengurus dan panitia berikut tanda tangan dan stempel. Bahkan kadangkala tak ketinggalan juga dalam bundelan proposal tersebut ada tanda tangan kepala desa hingga camat setempat. Orang yang meminta sumbangan dengan cara seperti ini biasanya berasal dari daerah yang sangat jauh bahkan dari lintas pulau.

Terus terang saya ragu untuk memastikan bahwa data-data yang ada dalam proposal itu adalah nyata. Tentu saja saya punya alasan dengan keraguan saya. Pertama adalah lokasi pembangunan lembada diproposal itu letaknya berada disebuah daerah yang sering di ekspose ke media massa karena saking terkenalnya daerah tersebut sebagai kampung pengemis. Tidak tanggung-tanggung dalam menjalankan 'mata pencahariannya' mereka kadang harus hidup berbulan-bulan ditanah perantauan dengan performa orang-orang kelaparan, pakaian kotor, kumuh dan lain sebagainya. Hal ini harus mereka lakukan dengan profesional untuk mengelabui 'korban' pengemisan. Bahkan konon, katanya didaerah itu tanpa keterampilan mengemis jangan berharap seorang lelaki bisa meminang seorang gadis didaerah itu. 

Kedua dari cara mereka melakukan aksinya; datangnya sopan dengan salam dan gestur tubuh membungkuk sebagai wujud penghormatan kepada yang punya rumah. Namun begitu pulang kadang justru sebaliknya, ngeloyor begitu saja dengan ucapan salam yang tergesa-gesa. Apalagi kedatangan mereka disambut dengan permohonan maaf karena tidak bisa ikut berpartisipasi memberikan sumbangan, pasti mereka akan langsung ngeloyor pergi sambil ngomel-ngomel gak jelas tanpa ucapan salam sebagaimana ketika mereka tiba tadi. Ini sudah kesekian kalinya saya alami dan dalam kesekian kali itu pula saya mengalami kejadian yang hampir sama. Bahkan bukan hanya dirumah, tapi dikantor tempat saya bekerja, di tempat saya biasa melakukan penyucian motor dan di rumah teman saya sewaktu saya lagi silaturrahmi; peminta sumbagan itu sering saya temui dengan modus sama = pembangunan pesantren, Madrasah atau Masjid.

Ketiga; ini yang paling penting. Salah satu teman saya ada yang pernah menghubungi nomor telephone yang tertera dalam bundelan proposal itu. Berapa kali menghubungi nomor telephone rumah tersebut yang selalu menjawab bukan orang seberang telephone yang dituju. Akan tetapi justru Customer Service Telkom yang mengatakan bahwa "Nomor yang putar tidak terdaftar". Singkatnya nomor telephone di proposal itu fiktif. 

***

Oke. Sampai disini "memuncak" sudah keraguan saya akan data-data di proposal pembanguan lembaga si pengemis terselubung itu. Dengan kesimpulan sementara proposal itu fiktif. Ini bersifat subjektif dari saya pribadi. Mudah-mudahan suatu saat ada pencerahan bahwa nama lembaga yang ada di bundelan proposal itu benar adanya atau benar fiktifnya. Semoga..

Kembali kemasalah seorang ibu paruh baya yang minta uang Rp.3000 pada saya dipasar Dinoyo Malang sewaktu saya mengantarkan istri belanja kebutuhan dapur tadi. Saya lalu bertanya pada ibu itu, "Ibu ke Jombang ada acara apa?" ditanya demikian ibu yang memakai daster merah itu tidak menjawab, ia malah langsung ngeloyor pergi dengan muka sewot. Padahal sambil bertanya demikian tangan saya waktu itu sambil merogoh dompet yang ada di saku belakang celana saya untuk mengambil duit dan diberikan kepada Ibu itu..

Lalu.. benarkah dia bukan pengemis?? Dari pada salah sasaran, saya berpikir jika ingin menyalurkan infaq, sedekah atau yang lainnya alangkah lebih baiknya jika disalurkan kepada pihak lembaga Amil Zakat yang resmi. Seperti misalnya Rumah Zakat Indonesia, Baitul Mal Hidayatullah, PPPA Darul Qur'an dan lain sebagainya. Wallahu A'lam Bisshawab.

Semoga bermanfaat dan Mohon koreksinya.. 

Jumat, 10 Desember 2010

Hijriah 1432 - Kemanakah Hijrah Kita?

Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 7 Desember 2010 umat Muslim diseluruh dunia merayakan pergantian tahun baru Hijriah 1 Muharram 1432. Pada usianya yang ke 1432 ini, tahun Hijriah yang nota bene merupakan awal permulaannya Nabi Hijrah dari Mekkah ke Madinah. Hijrah dari suatu daerah yang penuh dengan intimidasi dan pemboikotan oleh kafir Quraisy kesebuah kota yang begitu mendambakan kedatangan Islam lewat Muhammad bernama Yatsrib yang kini menjadi Madinah. Atau lebih tepatnya Hijrah dari sesuatu yang mudharat kepada sesuatu yang banyak mendapatkan manfaat. Pada usianya kini tahun Hijriah seolah-olah justru menemukan kenyataan sebaliknya. 

Secara kasat mata, umat Muslim diseluruh dunia kini dihadapkan pada sebuah kenyataan yang amat memprihatinkan. Tidak bisa lagi diterka langkah hirjahnya. Entah hijrah dari yang mudarat menuju yang manfaat atau sebaliknya; hijrah dari hal yang bermanfaat menuju yang mudarat? Wallahu a'lam, hanya Allah yang tahu.

Ambillah sebuah contoh di beberapa daerah di tanah air, sebagian tokoh kiai / ulama yang dulunya memimpin sebuah pesantren terjun kedunia politik lalu terjerat kasus korupsi atau perselingkuhan. Padahal awalnya masyarakat begitu banyak berharap dengan mempimpinnya kiai/ulama terhadap seuatu daerah atau negara akan menjadikan rakyatnya menjadi sejahtera dan makmur. Seperti pada masa pemerintahan Umar Bin Khattab atau Umar bin Abdul Aziz misalnya. 

Akan tetapi kenyataan yang harus dihadapi rakyat adalah sebaliknya. Rakyat masih sengsara dan Ulama yang politikus terjerat dengan berbagai macam kasus kriminal. Sementara dilain kasus. Baru-baru ini terjadi seorang kiai disebuah pondok pesantren mencabuli beberapa santriwatinya sendiri bahkan ada yang hingga hamil beberapa bulan.

Dengan demikian kepercayaan masyarakat kepada para kiai atau ulama yang semestinya menjadi panutan masyarakat baik dalam beribadah maupun menjaga etika akhlak kemasyarakatan akhir-akhir ini juga mulai memudar. Masyarakat sudah bingung kepada siapa lagi mereka harus mencari panutan. Kepada siapa lagi mereka akan memasrahkan anak-anaknya untuk diwejangi ilmu-ilmu Al-Quran dan Hadits?

Maka dari itu tidaklah terlalu aneh jika kemudian masyarakat Muslim saat ini banyak yang Hijrah dari yang membawa manfaat kepada yang membawa kepada kemudharatan. Krisis kepercayaan mereka terlanjur menggunung sehingga tidak percaya lagi pada ulama atau kiai dan mencari jalan hidup dengan caranya sendiri mereka anggap sebuah hal yang lebih baik baginya. Tidak peduli lagi apakah itu Haram atau Halal. Bahkan kalau perlu bisa saja mereka tiba-tiba menjadi kiai atau ulama dadakan dengan ajaran-ajarannya yang dadakan dan serampangan pula. 

Memanglah benar bahwa tidak semua ulama dan kiai melakukan hal seperti yang saya ceritakan diatas. Masih banyak kiai dan ulama yang selalu konsisten dan istiqamah dijalanNya. Tapi bukankah status ke kiaian dan keulamaan mereka telah ikut tercoreng oleh tokoh kiai dan ulama yang menyimpang diatas. Ibarat kain putih yang bersih, ketika kain tersebut kena noda sedikit saja maka secara keseluruhan kain putih itu akan menjadi kurang enak dipandang. Sehingga orang pun enggan untuk memakai kain tersebut.

Kini di usia hijriah yang ke 1431 tahun, marilah jadikan momentum 1 Muharram beberapa hari yang lalu sebagai hijrahnya panutan Umat Muslim dari segala sesuatu yang mudharat ke sebuah pola hidup yang penuh dengan berkah dan bermanfaat serta diridai oleh Allah SWT. Saat ini pula adalah waktu yang tepat untuk kembali meraih kepercayaan masyarakat awam kepada kiai dan ulama sebagai warasatul Anbiyaa'. Dan lewat momentum ini juga marilah kita koreksi diri masing-masing, dari mana dan kemanakah langkah hijrah kita selama ini. Semoga Bermanfaat. 

Wallahu A'lam. Mohon koreksinya. 

Jumat, 19 November 2010

Korban Merapi dan Qurban Ibrahim

"Katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS Ataubah:24)

Dua hari yang lalu kita di ingatkan kembali kepada sebuah sejarah yang Agung di masa lalu. Sebuah masa dimana Allah memberikan ujian kepada hambanya Nabi Ibrahim dan dan Nabi Ismail. Dimana Nabi Ibrahim yang telah lama mendambakan seorang putra dan ketika putra itu lahir justru diperintahkan oleh Allah di ungsikan ke tanah Makkah. Sebuah daerah padang pasir yang tandus dan tak ada tanda-tanda kehidupan didalamnya. Berkat kesabaran Istrinya siti Hajar maka Allah kemudian memberikan air Zam-Zam kepada mereka melalui perantaran malaikat Jibril. 

Belum cukup sampai disitu. Setelah Ismail menginjak masa remaja kembali kesabaran nabi Ibrahim di Uji oleh Allah dengan menyuruhnya menyembelih putra semata wayangnya itu. Meskipun memilukan tapi tak sebersitpun terlintas dibenak Nabi Ibrahim untuk protes atau membantah perintah Agung tersebut. Bahkan menawarnyapun tidak sama sekali. 

Nabi Ibrahim benar-benar menjalankan peritah Allah tersebut setelah terlebih dulu berunding dengan putranya Nabi Ismail. Dengan didasari perasaan sabar, iman dan tawakkal bahwa perintah Allah itu memanglah jalan yang terbaik baginya. Maka berangkatlah Ibrahim untuk menyembelih putranya sendiri. Berbagai macam godaan dan hasutan disepanjang jalan yang diterima Ibrahim untuk tidak melaksanakan perintah Allah itu tetap membuatnya tidak ragu sedikitpun. Malah Nabi Ibrahim justru melawan mereka dengan melemparinya dengan batu. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan "melemapar jumrah" yang dilakukan oleh jamaah haji setiap tahun di kota Makkah. 

Namun ketika eksekusi penyembelihan itu dilakukan Ibrahim menemui kegagalan berkali-kali. Bukan karena pedang Nabi Ibrahim tidak tajam. Justru dari saking tajamnya pedang nabi Ibrahim, pedang tersebut mampu memecahkan bebatuan gunung. Tentu saja semua itu adalah merupakan kehendak Allah untuk mentumpulkan pedangnya diatas leher putranya hingga nabi Ismail selamat dan tergantikan domba yang dibawa oleh Malaikat Jibril.  

Itulah sosok keluarga Nabi Ibrahim. Dari saking beriman dan tawakkalnya kepada Allah. Jangankan harta, bahkan nyawa putra kesayangannyapun rela beliau korbankan. Dan begitulah memang yang telah Allah perintahkan kepada semua umat manusia di muka bumi ini. Janganlah sampai kecintaan kita kepada harta duniawi, istri dan anak sampai mengalahkan kecintaan kita kepada Allah SWT dan RasulNya. 

Allah berfirman dalam QS Ataubah: 24 sebagai berikut; "Katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

* * *

Selain peristiwa Ibrahim dan Ismail. Bulan ini sebagian dari bangsa kita dihadapakan pada sebuah peristiwa bencana alam. Mulai dari Tsunami, Gempa bumi, longsor dan letusan gunung merapi. Korban nyawa dan materi tidak sedikit yang ludes dan lenyap begitu saja dan bahkan banyak yang sudah tidak bisa di fungsikan lagi. 

Hal ini merupakan pertanda sekaligus bukti bahwa materi dunia dan nyawa itu sebenarnya benar-benar tidak ada apa-apanya disisi Allah. Jadi sangat ironis sekali jika selama ini kita begitu mencintai setengah mati harta benda dan keluarga kita dengan mengabaikan kecintaan kita kepada Allah SWT.

Untuk itulah. Marilah kita korbankan harta benda duniawi kita yang amat kita cintai untuk mencintai Allah SWT. Pergunakanlah harta yang kita perjuangkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bimbing, ajarkan serta wariskanlah kepada keluarga dan anak-anak kita untuk selalu berkorban apa saja. Demi semata meraih Ridha dan CintaNya yang abadi selamanya. InsyaAllah. 

Wallahu a'lam. Mohon Koreksinya.  

Jumat, 05 November 2010

Musibah dan Kasih Sayang Allah

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan, Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." ( QS Al-Hadid: 22-23)

Beberapa tahun terakhir ini, hampir disegenap penjuru dunia, terutama tanah air ibu pertiwi Nusantara ini hampir selalu diselimuti rasa berduka setiap saat. Peristiwa musibah demi musibah melanda negeri kita mulai dari Sabang sampai Merauke. Tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir, letusan gunung merapi. Kebakaran hutan, rumah, pasar dsb. Kecelakaan transportasi baik di darat, laut maupun udara serta kecelakaan tambang gas Lapindo Brantas yang sejak tahun 2006 lalu hingga saat ini belum juga terselesaikan.

Bisa kiranya kita membayangkan sendiri. Sudah berapa ratus juta jiwa korban nyawa yang tak tertolong? Berapa ratus juta triliun kerugian material yang harus di tanggung? Lalu berapa ratus juta jiwa manusia pasca kejadian itu mengalami gangguan kejiwaan? Betapa dahsyatnya bencana ini hingga ratusan juta nyawa dan materi bisa ludes-amblas dalam waktu yang relatif begitu singkatnya. Dan betapa Gagah Perkasa dan Kuasanya yang menjadikan musibah ini terjadi dengan begitu luar biasanya.

Lalu siapakah yang mendatangkan bencana ini? Kenapa bencana ini harus terjadi pada bangsa ini? Apakah kita telah banyak melakukan kesalahan-kesalahan? Banyak melakukan kerusakan-kerusakan sehingga ada beberapa unsur alam yang tidak sesuai dan akhirnya rusak? Inilah yang perlu kita renungi dan introspeksi bersama se objektif mungkin.

Sebagaimana tertuang dalam QS. Al-Hadid:22-23 diatas. Bahwa bencana yang memporak-porandakan sebagian daerah dibelahan bumi ini, termasuk bencana yang melanda sebagian wilayah nusantara akhir-akhir ini adalah Allah SWT yang 'melakukannya'. Allah pula yang telah menewaskan makhluk yang berjumlah jutaan jiwa itu dalam waktu seketika yang teramat singkat.

Oleh karena itu. Karena bencana ini datangnya dari Allah, yakni Tuhan yang Maha Mencipta dan Maha Membinasakan. Maka sekali lagi, pada saat ini juga WAJIB kiranya bagi kita untuk mentadabburi bersama terkait terjadinya musibah ini. Jika kita merujuk QS. Al-Hadid diatas, pasti musibah ini ada kaitannya dengan tingkah laku kita selama ini. Sebuah Tingkah laku yang membuat Allah 'Marah' dan lalu menegur kita dengan 'mengirim' musibah.

Ya. Bencana ini memang perlu dijadikan bahan instrospeksi sejenak terkait tingkah laku kita selama ini. Apakah sudah sesuai dengan apa yang diperintahkanNya atau tidak. Syukurlah jika dalam muhasabah ini kita merasa bahwa kita memang benar-benar telah banyak melakukan perbuatan dosa atau ingkar kepadaNya. Maka segeralah kita putar haluan kejalan yang benar. Bukalah kembali Al-Quran dan kitab-kitab sunnah yang berisi ajaran dari Rasulullah SAW. Marilah kita pelajari kembali bagaimana seharusnya kita menjalani hidup didunia ini.

Tidak perlu lagi kita bersedih hati dan berduka, karena hal itu tidak akan mengembalikan suasana saat ini kekondisi semula sebelum terjadi bencana. Marilah kita bangkit dan bersyukur karena 'peringatan' ini. Dan yakinlah bahwa musibah ini datang karena Allah sayang terhadap hamba-hambanya.

Allah SWT berfiman dalam Al-Qur'an. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang padamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Kapankah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. Al-Baqarah: 214)

Jadi, sejatinya (secara tidak langsung) musibah yang melanda saudara kita akhir-akhir ini adalah merupakan salah satu wujud kasih sayang Allah kepada kita. Sekaligus 'tiket' bagi kita untuk menuju surgaNya. Tentu saja dengan catatan, pasca terjadinya musibah tersebut kita harus menyadari dan segera kembali kejalan yang benar - jika selama ini kita memang telah banyak berbuat dosa.

Semoga musibah-musibah yang melanda negeri kita belakangan ini menjadi bahan istrospeksi bagi diri kita bersama untuk kembali kejalan yang benar. Menjadi orang yang benar-benar bertaqwa kepadaNya. Dan semoga para korban bencana yang meninggal dunia dapat diterima segala amal kebaikannya serta dimaafkan segala perbuatan salah dan dosanya. Amin..

Wallahu A'lam.. Mohon Koreksinya.. 

Senin, 25 Oktober 2010

Manusia Kelas Sandal

Kejadian tentang buah rambutan yang ranum nam merah merekah dijual oleh beberapa pedagang buah di sebuah pasar. Rambutan yang dari luarnya saja keliatan manis ini, tepat menempel diatas buah yang berbulu itu terdapat sesuatu yang menyerupai biji kacang polong. Namun bentuknya amat kecil seperti kerikil. Warnanya hijau dan jika dimakan akan terasa pahit dilidah. Biji-bijian kecil itu akan sering ditemui nempel diatas buah rambutan yang merah dan manis.

Beberapa saat kemudian. Datanglah seorang untuk membeli buah rambutan yang merah itu. Setelah tawar menawar lalu terjadilah kesepakatan harga diantara penjual dan pembeli itu; Rp. 10.000,- / Kg. Selama menimbang buah rambutan itu, sipenjual tidak begitu menghiraukan sebuah "biji kacang polong hijau" yang menempel dimasing-masing buah yang masuk timbangan itu. Sekalipun biji itu tampak terlihat. Sipembelipun juga tidak protes akan hal tersebut. Padahal secara logika, "biji kacang polong hijau" itu tentu saja akan mempengaruhi timbangan, walaupun tak seberapa.

Ketika selesai, si penjual memasukkan buah rambutan itu kedalam tas plastik. Si "biji kacang polong hijau" pun juga ikut serta kedalam tas plastik tanpa dihiraukan. Ketika sipembeli menerima tas plastik yang berisi rambutan itu dan membayarnya, lalu kemudian dibawa menuju sebuah mobil mewah miliknya, maka dengan serta merta si "biji kacang polong hijau" pun turut serta menikmati nyamannya naik mobil mewah dengan menempel terus pada buah rambutan yang manis itu.

Begitulah hebatnya si "biji kacang polong hijau" yang selalu nempel pada buah rambutan manis. Kemanapun ia pergi maka biji-biji itu akan ikut serta menemaninya. Padahal secara spesifik tidak ada sama sekali yang istimewa dari biji-bijian itu. Rasanya malah pahit kalau dimakan. Bahkan seandainya dari sekian biji-biji itu dipetik di tiap-tiap buah rambutan yang merah, lalu kemudian dikumpulkan - maka jangankan dijual, dikasih secara cuma-cumapun kita pasti tidak mau.

Sepenggal kejadian diatas, mengingatkan pada sebuah kejadian lain sewaktu saya nyantri di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep. Setiap kali Kiai pengasuh ke mesjid untuk mengimami shalat berjamaah dan ketika Sandal beliau dilepaskan di teras, maka begitu antusiasnya para santri berebutan untuk membalikkan dan merapikan posisi sandal pengasuh itu - agar sewaktu turun dari mesjid nanti beliau gampang memakainya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan sandal santri itu sendiri. Dimana setiap usai shalat jamaah di mesjid, pasti saja ada santri yang kehilangan sandalnya. Entah itu dipinjam atau bahkan diambil sama santri-santri yang lain.

Peristiwa "penghormatan" terhadap sandal Kiai ini bukan hanya terjadi di Pesantren. Diluar pesantrenpun juga demikian. Sandal Kiai ini pasti selalu mendapatkan perlindungan yang istimewa dari masyarakat. Bahkan kadangkala tidak satupun sandal masyarakat berani dekat-dekat apalagi bersentuhan dengan sandal kiai yang dilepaskan diteras rumah maupun langgar. Walaupun, sebagaimana biji hijau rambutan diatas, merek sandal kiai tersebut - secara kualitas pasaran - harganya amatlah murah dari pada sandal-sandal yang dipakai masyarakat. Lalu kenapa "sandal murahan" kiai itu bisa "lebih mulya" statusnya dari pada sandal-sandal yang dipakai masyarakat dan para santri? Jawabannya tentu saja, karena sandal itu menempel pada Seorang Kiai atau Ulama yang ilmunya begitu luas dan kharismatik di mata masyarakat.

Contoh kasus lain semasa Rasulullah SAW. Ada seorang sahabat namanya Ibnu Mas'ud. Beliau setiap harinya selalu berpenampilan rapi, harum dan bersih. Padahal pekerjaannya setiap hari "cuma" sebagai tukang bawa sandal Rasulullah. Ketika ditanya oleh Sahabat yang lain; "Gerangan apakah yang membuatmu selalu rapi, bersih dan harum itu wahai Ibnu Mas'ud?". Ibnu Mas'ud Menjawab; "Ini aku lakukan semata karena menghormat sandalnya Rasulullah". Begitu mulyanya sandal Rasulullah itu sehingga Ibnu Mas'ud pun menghormatinya dengan selalu berpenampilan rapi, bersih dan harum.

Pun demikian halnya ketika melalkukan Isra' Mi'raj. Ketika Rasulullah SAW dan Malaikat Jibril sampai di Sidratul Muntaha. Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah SAW : "Wahai Rasulullah.. kiranya saya cukup mengatarkan Rasulullah sampai disini saja. Silahkan Nabi melanjutkan perjalanan sendiri menemui Allah SWT."

Rasulullah merasa sanksi dengan pernyataan Malaikat Jibril. Bayangkan sejak dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha hingga sampai di Sidratul Muntaha Rasulullah selalu bersama Jibril sebagai "penunjuk jalan" Beliau. Ketika melihat sesuatu yang tidak dipahami oleh Rasulullah maka Jibrillah yang menjelaskan kepada Rasullah perihal yang dilihatnya itu. Lalu kali ini tiba-tiba malaikat Jibril tidak bisa mendampingi lagi perjalanan Rasulullah "menemui" Allah. Kemudian Rasulullah menjawab: "Wahai Jibril.. tegakah aku ditempat ini meninggalkanmu..." Jibril kembali menjawab: "Wahai Rasulullah, diantara kita ini ada derajad sendiri-sendiri. Derajad saya cuma sampai disini Rasulullah. Sedangkan derajad engkau masih terus keatas..". "Tidak apa-apa wahai jibril, ikutlah denganku..."  Jawab Rasulullah. "Wahai Rasulullah, Jika saya paksakan diri untuk ikut Rasulullah maka satu langkah saja saya ikut maka saya akan terbakar "disana" ya Rasul..." Akhirnya Rasullullah pun "menyerah" dan melanjutkan perjalanannya seorang diri. Yang menarik waktu itu Rasullullah "menemui" panggilan Allah sambil memakai sandal beliau.

Hal ini berbeda kejadiannya, dalam kasus yang hampir sama, ketika nabi Musa "ngotot" hendak menemui Allah. Dibukit Turizinai Nabi Musa menghadap Allah sambil membawa serta Sandalnya. Kemudian diisitulah - tepatnya di Wadil Muqaddas - Nabi Musa ditegur Oleh Allah, "Ikhla' Na'laika yaa Musa.. Fa Innaka bil muqaddasi tugha.." Artinya, "Buka sandalmu itu Musa, karena sesungguhnya di (Wadil) Muqaddash ini adalah tempat yang mulia.."

Sungguh Hebat nian Rasulullah, Nabi Musa tidak boleh menemui Allah dengan mengenakan sandal - walaupun pada akhirnya nabi Musa pingsan karena tidak kuat dengan CahayaNya Allah. Namun Nabi Muhammad justru tidak ditegur oleh Allah ketika Mi'raj "menemui"Nya dengan meninggalkan malaikat Jibril di Sidratul Muntaha.

***

Begitulah manusia. Jika manusia sudah saking mulya derajadnya, maka ia mampu "mengalahkan" derajad kemulyaan Malaikat. Bahkan sandal Rasulullah pun bisa dibilang lebih mulya dari pada Malaikat Jibril. Kenapa? Karena Jibril tidak bisa "menemui" Allah, tapi sandal Rasulullah bisa "bertemu" Allah karena menempel di kaki Rasulullah.

Demikian juga jika manusia saking bejat perilakunya, maka bisa saja ia lebih bejat dari binatang sekalipun. Ambil Contoh tupai yang mencuri biji kelapa, maka dalam aksinya tupai tidak serta merta merusak buah kelapa itu. Melainkan dilubangi kulitnya terlebih dahulu sehalus mungkin, baru kemudian si tumpai ambil isi kelapa itu. Namun akan berbeda kasusnya ketika manusia yang mencuri buah kelapa. Bisa dipastikan bukan kelapanya saja yang dicuri, bahkan sama pohon-pohonnya pun sekalian diembatnya.

Lalu yang menjadi pertanyaan bagi kita bersama. Kalau sandal Rasulullah - yang tidak melakukan Ibadah sama sekali itu bisa sedemikian mulya derajadnya. Masak manusia semacam kita ini, yang selalu Shalat, Zakat, Puasa bahkan Haji tidak bisa lebih mulya atau paling tidak menyamai derajad sandal Rasululah? Masak kita akan kalah sama sandal kiai yang selalu di tata posisinya oleh para santri ketika sang Kiai naik ke Mesjid? Masak kita kalah "sama biji kacang hijau" yang selalu nebeng timbangan harga dan kenyamaan naik mobil mewah sama rambutan merah yang manis?

Jawabannya; BISA..!! Caranya? "Nebeng" juga sama ulama-ulama. Dekatlah sama mereka. Maka dijamin, sebagaimana Firman Allah dalam Hadits QudsiNya. "Ayyuhassyaabu... Attariku syahwatahu min ajli, anta 'indi ka ba'di malaikati", Artinya, "Wahai pemuda yang mampu mengekang hawa nafsunya karenaku, maka "derajat" kalian adalah sama seperti kebanyakan malaikatku". Dekat dengan para ulama, InsyaAllah dijamin kita bisa menahan dan mengekang hawa nafsu kita. Dan dengan cara itulah Allah menyamakan derajad kita dengan Malaikat.

Jadi. Sesungguhkan kalau dipikir-pikir dengan matang. Kita ini, yang belum begitu banyak punya pengetahuan tentang agama. Sejatinya hanyalah manusia kelas Sandal. Kelas sandal yang tidak akan berarti apa-apa tanpa mencari "tebengan" kaki yang dipunyai oleh Nabi, para Sahabat dan para Ulama'. Untuk itulah mari, (sebagai manusia kelas sandal) mulai saat ini juga carilah "tebengan" yang sekiranya bisa mengangkat derajad kita. Tenju saja sebagaimana sandal biasanya, kita harus ikhlas disuruh bagaimanapun oleh "tebengan" kita. Disuruh shalat, ya Shalat. Disuruh Zakat, ya berzakat. Disuruh puasa ya puasa...

Dari Anas, dia menuturkan, Rasulullah SAW bersabda, "Dan perumpamaan teman duduk yang baik itu bagaikan penjual minyak wangi kasturi, jika minyak kasturi itu tidak mengenaimu, maka kamu akan mencium bau wanginya. Dan perumpamaan teman duduk yang jelek adalah seperti tukang pandai besi, jika kamu tidak kena arangnya (percikannya), maka kamu akan terkena asapnya." (HR. Abu Dawud).

Wallahu A'lam. Mohon Koreksinya.. Terimakasih..

Jumat, 22 Oktober 2010

Keajaiban Gelombang Alfa di Alam Bawah Sadar. Bagian 2

Manusia menggunakan otak (mesin kesadaran) yang kecepatannya cuma 2000 bit perdetik. Sementara informasi yang membanjiri otaknya mencapai 400.000.000.000 bit perdetik. Jadi, saat kita meragukan keterangan ilmu pengetahuan modern, seberapa besarkah mesin kesadaran yang kita pakai untuk meragukannya. Bagaimana kita bisa begitu yakin akan sesuatu yang sangat sedikit kita pahami itu. William Arntz, Betsy Chasse & Mark Vicente. ) Sebagaimana dituliskan kembali oleh Erbe Sentanu - The Science & Miracle of Zona Ikhlas.


Diakui atau tidak, panca indra pada dasarnya cenderung menipu pemahaman manusia. Baik dari apa yang dilihat, di rasa, diraba, dicium dan di dengar. Kelima panca indra tersebut dominan memberikan informasi yang tidak tepat terhadap pemahaman kita. Singkatnya, kelima panca indra yang kita gunakan selama ini mempunyai banyak keterbatasan-keterbatasan. Ambillah sebuah contoh, mata yang kita punya ini ternyata tidak mampu melihat benda-benda kecil semacam atom atau molekul-molekul pada air yang kita minum. Sedangkan telinga, ia juga hanya bisa mendengar suara dengan frekuensi 20 sd 20.000 Hertz getaran perdetik. Sedangkan suara diatas atau dibawah frekuensi tersebut maka telinga kita tidak akan mampu menangkapnya. Misalnya gelombang suara radio atau suara-suara hewan lainnya seperti semut, kecoa dan lain sebagainya.

Oleh karena itulah maka manusia membutuhkan indra lain yang bisa membantu kekurangan panca indra tersebut. Menyikapi hal ini, maka  pada tiap diri manusia itu (sebenarnya) telah diberikan oleh Allah SWT apa yang namnya Indra ke Enam. Hanya saja sebagian besar dari manusia lebih banyak yang acuh tak acuh dengan indra ini. Bahkan tidak percaya sama sekali. Padahal Indra ke enam ini semestinya di fungsikan untuk membantu efektifitas kinerja panca Indra kita.

Lalu dimanakah letak dari pada Indra ke Enam itu. Ari Ginanjar Agustian dalam ESQ Power-nya demikian juga Erbe Sentanu dalam Quamtum Ikhlasnya serta Agus Mustofa dalam serial diskusi tasawufnya - secara tidak langsung - mereka seolah-olah mensepakati bersama bahwa Indra ke Enam dalam diri manusia itu adalah Hati. Dimana Hati ini pada dasarnya telah mempunyai sifat-sifat fitrah alamiah yang diberikan oleh Allah sejak manusia masih berada dalam kandungan. Sifat-sifat fitrah tersebut adalah yakni sifat-sifat Allah SWT yang 20.

Dari sifat-sifat fitrah alamiah inilah kemudian hati mempunyai kekuatan yang lebih dahsyat dibandingkan alam pikiran kita. Dimana kekuatan-kekuatan dahsyat itu adalah berupa perasaan-perasaan yang bersumber dari dalam hati itu sendiri.

Dalam penelitiannya selama 20 tahun, Erbe Sentanu dalam Quamtum Ikhlasnya memaparkan bahwa; pikiran tak hanya terkait pembagian otak secara fungsional, tapi juga pembagian berdasarkan aspek kesadarannya. Umumnya manusia hanya memanfaatkan pikiran sadarnya yang memiliki kekuatan hanya 12 persen dari keseluruhan kekuatan pikirannya. pikiran sadar inilah yang biasa kita maksud ketika menyebut seseorang sedang menggunakan "otak"-nya. Sedang yang 88% lainnya merupakan kekuatan bawah sadar yang secara umum hanya muncul dalam bentuk "perasaan"-nya.

****

Kembali ke pembahasan Keajaiban Gelombang Alfa di Alam Bawah Sadar pada tulisan saya dibagian pertama, tentang ke ajaiban-keajaiban yang terjadi pada Rasulullah, Sahabat Ali Bin Abi Thalib dan Wali Songo pada masa dahulu. Percaya atau tidak bahwa rahasia kekuatan mereka pada waktu itu adalah berangkat dari kekuatan hati yang diaksesnya melalui alam bawah sadar tepatnya di gelombang Alfa.

Sebelum Nabi SAW diberangkatkan Isra' Mi'raj. Waktu itu kondisi psikologis Nabi Muhammad berada pada 'titik kritis'. Dimana paman Beliau Abu Thalib dan Istri tercintanya Siti Khadijah 'dipanggil' oleh-Nya. Selain itu keadaan umat Muslim saat itu dalam keadaan di Boikot perekonomian dan hubungannya oleh Kafir Quraisy. Akibatnya umat Muslim saat itu benar-benar berada dalam kondisi kritis.

Demi melihat keadaan ini. Nabi Muhammad SAW pun pasrah dan mengikhlaskan semua yang telah terjadi pada Allah SWT dengan berdzikir dan melalukan perenungan sebagaimana dilakukan dalam Gua Hira' dulu sebelum masa kenabiannya. Dzikir beliau dilakukan dengan begitu khusuk dan hati ikhlas serta pasrah berserah diri - sampai perasaan beliau berada di alam bawah sadar. Beberapa saat kemudian, lalu datanglah Malaikat Jibri yang diutus Oleh Allah untuk membawa Nabi Isra' dan Mi'raj. Dalam peristiwa itu, Nabi diperlihatkan dengan berbagi keindahan-keindahan alam semesta. Mulai dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsha dan bahkan hingga sidratul muntaha. Semua perjalanan nabi ini dimaksudkan oleh Allah untuk menghibur Nabi Muhammad SAW, sekaligus untuk menunjukkan betapa Kekuasaan dan Ke serba-Maha-an Allah itu memang benar adanya.

Untuk itulah perlunya kita selalu berpasrah dan Ikhlas kepada Allah atas setiap masalah apapun yang melanda kita. Semata karena dengan ikhlas dan berserahlah - dengan sebenar-benarnya Ihklas yang hanya bisa di akses di alam bawah sadar - Allah benar-benar akan memberikan kita kebahagiaan dari jalan yang tiada kita sangka sebelumnya. Seperti Nabi Muhammad yang mengikhlaskan segala masalah umat dan perjuangannya kepada Allah, maka tanpa disangka-sangka kemudian Nabi SAW di Isra' Mi'raj-kan oleh Allah SWT.

Demikian juga dengan kisah Ali bin Abi Thalib, yang tertembus panah pada punggungnya. Beliau tidak merasa kesakitan diwaktu anak panah itu dicabut dari tubuhnya dikala beliau shalat. Malah sehabis shalat Ali masih bertanya kepada sahabat; "Sudahkah dicabut mata panah tadi?". Keajaiban ini terjadi semata-semata karena dalam shalatnya, Sayyidina 'Ali benar-benar mendirikan shalat sambil menyelam kealam bawah sadarnya. Sehingga pada saat berada di gelombang Alfa beliau tidak merasakan sakit sewaktu anak panah itu dicabut dari tubuhnya.

Contoh kasus terakhir, adalah keajaiban wali songo dalam melakukan musyawarah dengan cara 'hanya' berdiam diri ditempat tinggal masing-masing. Padahal jaraknya diantara mereka sangat jauh. Namun ajaibnya musyawarah itu tetap menelurkan kesepakatan-kesepakatan bersama. Setelah dicermati ternyata dalam diam dan khusuknya para wali songo ketika 'rapat' itu adalah sedang Mengakses alam bawah sadar. Sehingga dari alam bawah sadar itulah - melalui gelombang Alfa - mereka bisa mengakses perasaan masing-masing para wali dengan frekuensi gelombang yang (mungkin) sangat tinggi sekali. Ibarat gelombang radio FM yang hanya bisa di akses di gelombang 100000 Hz sampai 100000000000 Hz. Maka telinga 'secara telanjang' tidak akan mampu menangkap gelombang itu. Dan hanya radio Fmlah yang bisa menangkap signal suara itu.

***

Begitulah.. ternyata resep untuk selalu bisa merasakan damai dan tentram di dunia ini tidaklah cukup sulit, namum belum tentu bisa kita lakukan dengan mudah. Baik dalam keadaan shalat, berdzikir, dan berdo'a, kita kadangkala hanya melakukan ritual saja, tanpa mampu menyelam kealam bawah sadar pada gelombang Alfa dalam diri kita. Singkatnya.. Kita jarang sekali (bahkan mungkin) tidak pernah memfungsikan indra ke Enam dalam tubuh kita. Dan ini sungguh benar-benar mubadzir....

Wallahu A'lam.. Mohon Koreksinya.. 

Selasa, 19 Oktober 2010

Keajaiban Gelombang Alfa di Alam Bawah Sadar. Bagian 1

Dijaman modern ini banyak penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa ilmuan-ilmuan untuk mengungkap berbagai macam misteri kehidupan yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Sebut saja misalnya kejadian-kejadian ajaib di masa lalu, dimana masyarakat Indonesia menyebut hal ini sebagai ilmu kesaktian, Mukjizat (bagi Rasul atau Nabi) atau karamah (bagi orang-orang selain Nabi dan Rasul).

Berbagai keajaiban-keajaiban yang terjadi di masa lalu itu dimasa kini sedikit demi sedikit sudah mulai terungkap rahasianya secara ilmiah. Contoh misalnya, keajaiban Mukjizat Nabi Muhammad SAW ketika melakukan Isra' Mi'raj Dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsa di Palestina, lalu kemudian Mi'raj ke langit ketujuh atau ke Sidratu Al-Muntaha. Peristiwa itu benar-benar ajaib, karena dilakukan oleh Nabi dalam waktu satu Malam saja. Sontak masyarakat Makkah sebagian ada yang tidak percaya waktu itu karena hal itu mustahil dilakukan oleh manusia biasa seperti Muhammad. Ada yang ragu-ragu antara percaya dan tidak percaya, karena mereka mengenal Rasulullah adalah orang yang sangat jujur sehingga beliau mendapat gelar Al-Amin. Satu-satunya orang yang percaya pertama kali waktu itu adalah Abu Bakar Ra dengan mengatakan; "Kalau Muhammad Saw. mengatakan demikian, saya percaya. Bahkan saya mempercayai yang lebih aneh dari itu..."

Contoh keajaiban lagi, adalah kisah sang pembela Islam Ali bin Abi Thalib yang tertancap mata panah di punggung saat pasukan Islam menggempur musuh. Beliau sungguh kesakitan, dan tak ada cara lain kecuali mencabut mata panah itu. Lalu dalam kesakitannya Ali bin Abi Thalib berkata kepada sahabat, "cabut mata panah ini saat aku berdiri di rakat kedua..". Lalu Beliau menunaikan shalat sunnah 2 rakaat. Waktu itu tidak ada lagi tanda kesakitan di wajahnya yang tunduk khusyu'. Rakaat kedua tiba dan sahabatpun mencabut anak panah itu. Tak ada tanda kesakitan. hanya darah segar yang mengalir deras. Luka segera diobati. Setelah salam akhir shalat, sang pembela Islam ini bertanya, "Sudahkah dicabut mata panah tadi?".

Contoh berikutnya ketika Wali Songo di tanah jawa ini menyebarkan agama Islam. Konon entah setiap minggu atau tiap bulan, ketika beliau-beliau melakukan musyawarah atau pertemuan, para wali ini bukan dengan cara menghadiri sebuah tempat dalam satu majelis, melainkan mereka berada pada tempat semedi masing-masing. Ada yang di Jawa Timur seperti Sultan Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri(Gresik), Raden Rahmat (Sunan Ampel) di Ampel Surabaya, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijogo, Sunan Muria, (Tuban). Di Jawa Tengah ada Sunan Kudus. Sedangkan di Jawa Barat ada Sunan Gunung Jati atau dikenal juga dengan Syarif Hidayatullah. Benar-benar sebuah karamah dari Allah. Meskipun tempatnya saling berjauhan, namun musyawarah Waliyullah tersebut tetap "nyambung" dan tentu saja menghasilkan sebuah keputusan-keputusan yang amat penting untuk kemajuan dakwah mereka.

Dari beberapa keajaiban Mukjizat dan karamah yang saya contohkan diatas, pada masa kini telah banyak yang menelitinya. Dan Subhanallah keajaiban-keajaiban itu sedikit demi sedikit mulai terungkap secara ilmiah. Bagaimana caranya? Cukup mudah bagi mereka, tapi bagi kita belum tentu mudah, bahkan mungkin sangat sulit sekali. Yakni cara yang mereka lakukan adalah dengan Menyelam terlebih dahulu ke Alam Bawah Sadar lalu dari alam bawah sadar itulah muncul gelombang-gelombang Alfa yang terbukti secara ilmiah mempunyai berbagai macam kekuatan.

Bagaimanakah cara kerjanya..?? Tunggu tulisan saya berikutnya..   

Wallahu A'lam.. Mohon Koreksinya..

Jumat, 15 Oktober 2010

Sungguh Tidak Ada Yang Sia-Sia

Kodrat manusia dan strata sosial didunia ini memang berbeda-beda dan dari perbedaan-perbedaan itulah manusia bisa saling melengkapi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Karena pada dasarnya tidak ada satupun mahlukpun didunia ini yang sempurna. Semuanya. Kecuali hanya Allah SWT yang menciptakan segala sesuatu yang ada di penjuru alam semesta ini yang benar-benar sempurna. Oleh karena itu. Dengan alasan ke tidak sempurnaan itulah semua mahluk di alam semesta ini saling membutuhkan. Dan dari itupulalah kemudian tercipta sebuah tatanan-tatanan dan status strata sosial. Mulai dari seorang buruh, petani, pegawai, pegawai, pejabat, pengusaha, guru dan lain sebagainya. Dari berbagai macam jenis pekerjaan dan profesi yang saya sebutkan tadi semuanya sama-sama saling membutuhkan dalam rangka untuk mencapai tujuan masing-masing. Selain sesama manusia. Masih dengan alasan yang sama, yakni karena memang tidak ada mahluk yang sempurna di alam semesta ini. Seringkali suatu makhluk yang lain kadang membutuhkan makhluk lainnya untuk mencapai tujuannya. Bahkan dengan benda mati sekalipun. Hal ini merupakan sunnatullah yang (tidak boleh tidak) harus kita akui kebenaran dan keberadaannya. .... "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. QS. Azzumar. 191 Ya begitulah memang. Tiada satupun ciptaan Allah di alam semesta ini yang tidak berguna atau tidak bermanfaat. Hanya saja karena keterbatasan akal kita, kita kadangkala sulit menerka bahkan kadang tidak tahu sama sekali maksud Allah menciptakan suatu makhluk tertentu. Padahal tanpa kita sadari kadangkala kita justru merasa butuh terhadap makhluk yang kita tidak tau manfaatnya itu. Contoh kasus misalnya. Dirumah saya banyak dihuni oleh kecoa yang setiap hari sering mengganggu aktifitas saya. Baik dikala tidur maupun dikala terjaga. Karena sering mengganggu itulah saya mengadu pada Allah. "Ya Allah. Kecoa ciptaanMu ini sering mengganggu keluarga saya ya Allah. Baik diwaktu tidur maupun dikala terjaga. Bahkan dalam shalatpun kadang saya merasa tertanggu dengan salah satu makhluk cipataanMU itu ya Allah". Bahkan karena saking jengkelnya saya sampai bertanya-tanya dalam doa saya "kira-kira apakah gerangan Engkau ciptakan kecoa itu yaAllah. Bukankah iya sama sekali tidak bermanfaat bagi kami kecuali hanya membuat kami terganggu....". Selang beberapa menit kemudian sehabis doa itu ditutup dengan Amin dan Surat Al-Fatihah. Tiba-tiba pintu depan rumah ada yang mengedor-gedor dengan kasarnya. Setelah pintu dibuka betapa kagetnya saya mendapati 3 orang preman bertubuh kekar layaknya raksasa dengan wajah yang beringas. Tanpa babibu 3 preman tadi menodong saya dengan senjata tajam seraya meminta sejumlah uang sama saya. Belum sampai saya menjawab sepatah katapun. Salah satu preman kekar yang berdiri paling belakang tiba-tiba lari ketakutan dari rumah saya sambil teriak minta tolong. Praktis dua orang temannya pun juga ikut lari ketakutan termasuk si penodong tadi. Padahal kedua temannya itu tidak tau sama sekali perihal kenapa satu orang temannya itu tiba-tiba lari ketakutan. Entahlah mungkin keduanya itu mengira bahwa dia melihat aparat keamanan lagi patroli didaerah saya atau mungkin ada perasaan lain yang membuat mereka khawatir akan keselamatannya, akhirnya keduanyapun ikut ambil langkah seribu meninggalkan rumah saya. Padahal selidik punya selidik ternyata satu preman yang lari ketakutan sambil teriak-teriak itu bukan karena takut sama aparat keamanan atau takut pada amukan masyarakat dilingkungan rumah saya. Seorang preman kekar itu justru takut sama kecoa dirumah saya yang masuk menyusup kedalam bajunya yang sudah 1tahun tidak dicuci. Entahlah mungkin si preman mengira kalo itu adalah jin penunggu rumah saya sehingga dia lari terbirit-birit ketakutan. Contoh fiktif diatas adalah merupakan sebuah contoh kecil bahwa semua makhluk dialam semesta ini diciptakan memang untuk saling melengkapi antar kekurangan makhluk yang satu dengan makhluk yang lainnya. Dan tidak ada satu makhlukpun ciptaan Allah SWT yang tidak bermanfaat atau sia-sia. Semuanya pasti bermanfaat. Hanya saja keterbatasan akal kitalah yang kadang kita merasa tidak membutuhkan suatu ciptaan Allah SWT. Oleh karena itu marilah kita berdayakan semua ciptaanNya di alam semesta ini dengan sebaik-baiknya. Yakni dengan merawat dengan melestarikannya. Semata karena itulah memang amanah yang sedang kita emban didunia ini sebagai seorang khalifah. Wallahu ‘Alam..

Sabtu, 25 September 2010

MEMPUNYAI CITA-CITA = Mengemban Amanah Atau Sekedar Berhayal Biasa..??

Mempunyai cita-cita kadangkala hanyalah sebuah cita-cita. Dengan segala upaya dan cara serta tenaga dan pikirian dikerahkan dengan begitu antusiasnya, tapi cita-cita itu tetap kandas juga ditengah jalan. Akhirnya dengan terpaksa cita-cita lainpun terbentuk pasca kandasnya harapan mengagapai cita-cita tersebut. Demikian juga sebaliknya. Adakalanya seseorang yang tidak serius memiliki cita-cita bahkan kadang tidak punya cita-cita sama sekali, justru dikemudian hari seseorang itu berada pada sebuah posisi dan eksitensi yang sering dicita-citakan orang lain. Namun bukan berarti semua orang seperti dua contoh tadi. Banyak juga orang yang memiliki cita-cita, berkat usaha dan perjuangannya yang gigih akhirnya tercapailah cita-cita itu. Sebut saja contoh Andrea Hirata, pemuda kampung pulau Belitong, Propinsi Bangka Belitung itu sukses meraih cita-citanya menjadi penulis terkenal lewat buku Novel Tetralogi "Laskar Pelangi". Dalam Novel-Novel itu Andrea Hirata menceritakan kehidupannya semasa kecil diperkampungan kumuh belitong. Bersekolah di SD Muhammadiyah yang sudah hampir roboh dan tidak layak pakai. Dari sana Andrea Hirata memantapkan cita-citanya untuk berangkat ke Paris dan menjadi pengarang hebat disana. Kini, cita-cita mulia Andrea Hirata telah tercapai, dan kitapun telah banyak merasakan manfaat dari perjuangan dan cita-citanya. Sebagian dari Novel-novel itu kini telah di terbitkan dalam bentuk Film kisah nyata. Buku-buku novel dan Film-film itu begitu menginspirasi dan menggugah siapapun penontonya untuk belajar menjadi seseorang yang benar-benar memantapkan cita-citanya, serta selalu berjuang sekuat tenaga tanpa merasa putus asa. Benar-benar sebuah karya dan kisah yang begitu banyak membawa manfaat. Andrea Hirata adalah segelintir figur yang sukses menggapai mimpi-mimpinya sejak kecil. Selain Andrea Hirata, tentu saja masih banyak figur-figur orang yang sukses menggapai cita-citanya. Sebut saja misalnya BJ Habibie Tokoh Ingeneur pertama di Indonesia. Alm. Ir. Soekarno, Presiden pertama republik Indonesia. dll. Yah. Begitulah memang seharusnya "mengemban" sebuah cita-cita. Saya bilang mengemban karena bagi saya cita-cita itu adalah ibarat sebuah amanah atau ikrar diri sendiri untuk memperjuangkannya hingga cita-cita itu tercapai. Jika cita-cita itu kandas maka ketika itu juga kita telah menghianati kepercayaan diri kita sendiri yang telah berikrar untuk memperjuangkan cita-cita tersebut hingga tercapai. Jadi cita-cita itu bagi saya bukan hanya sekedar mimpi biasa atau hayalan yang mengawang-ngawang di alam pikiran kita. c Melainkan.. cita-cita itu alah Amanah yang harus kita pertanggung jawabkan jika ia kandas ditengah jalan. Wallahu A'lam Bissahawab. CMIIW Please..

Sabtu, 14 Agustus 2010

Ramadhan Adalah Sahrul Qur'an

Alhamdulillah.. Akhirnya kita di pertemukan lagi dengan bulan suci Ramadhan 1430 H ini. Ramadhan juga sering di sebut dengan bulan Sahrul Qur'an. Untuk itu marilah di bulan ini kita perbanyak membaca Al-Quran.. Bagi yang sering Online. Silahkan Buka Al-Quran di sini.. Semoga Bermanfaat.. Amin

Sabtu, 10 Juli 2010

Kontorversi Perintah Shalat Pasca Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW

Tgl 27 Rajab, sebagaimana biasa orang Islam mengenal tgl dan bulan ini sebagai hari dimana Rasulullah Saw melakukan Isra' (Perjalanan Malam) dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Lalu sesudah itu Rasulullah juga melakukan Mi'raj, perjalanan dari langit dunia ke Sidratul muntaha (langit ketujuh). Peristiwa ini dilakukan oleh beliau hanya dalam satu malam saja. Peristiwa Isra' Mi'raj bermula ketika Rasulullah melakukan dzikir dan tafakkur kepada Allah Swt di masjidil Haram. Kala itu keberadan Umat muslim lebih-lebih Rasulullah Saw dalam posisi tertekan. Dimana umat Muslim waktu itu mendapat boikot dari kaum kafir quraisy, baik dari segi interaksi sosial maupun perdangan. Selain itu, paman Nabi Abdul Mutallib dan Abu Thalib yang selalu membela Rasulullah, serta Istri tercintanya Siti Khadijah yang selalu setia menduukung perjuangan beliau di 'panggil' oleh Allah Swt. Kini ibaratnya Nabi hanyalah 'seorang diri', dalam posisi yang benar-benar sangat tertekan. Disaat-saat tafakkur belangsung, Datanglah malaikat Jibril bersama burung Burraq atas perinta Allah Swt. untuk melakukan Isra' Mi'raj sebagaimana dimaksud diatas. Konon, Isra' Mi'rajnya Rasulullah, selain dalam rangka Allah mengenalkan Kekuasaan dan KeagunganNya kepada Nabi, Rasulullah juga menerima perintah shalat 5 Waktu. Mengenai perintah shalat 5 waktu ini banyak dikalangan umat Muslim berbeda pandangan. Pandangan Pertama : Rasulullah pertama kalinya menerima perintah shalat adalah pada saat Isra' Mi'raj. Ini berarti sebelum melakukan Isra' Mi'raj nabi tidak pernah melakukan shalat. Pandangan Kedua : Isra' Mi'raj nya nabi ini adalah untuk memberikan perintah shalat sekaligus tata cara shalat. Pandangan Ketiga: Berbeda dengan dua pandangan diatas, dimana isra' mi'raj Nabi itu bukan untuk menerima perintah shalat, melaikan menerima perintah ketentuan waktu shalat 5 waktu saja. (Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya'). Pandanga Ke Empat : Lebih jauh lagi, bahwa peristiwa isra' mi'raj itu bukan dalam rangka untuk menerima perintah shalat, melainkan 'hanya' untuk menunjukkan tanda-tanda Kekuasaan dan Keagunan Allah kepada Nabi, dimana waktu itu keadaan psikologis Nabi tertekan. Dari beberapa pandangan diatas yang menjadi titik kontroversinya adalah terletak pada: Apakah benar peristiwa Isra' mi'raj Nabi itu dalam rangka menerima perintah shalat 5 waktu atau tidak? Saya tertarik membahas dan mempelajari 4 pandangan diatas tersebut satu persatu. Pandangan Pertama, Bahwa Isra' mi'rajnya nabi adalah dalam rangka menerima perintah shalat 5 waktu - 'konon' disandarkan pada sebuah hadits Shahih Imam Muslim. Meski demikian, dalam pernyataan ini masih terdapat kerancuan. Karena pada masa-masa kenabian dahulu mulai jaman Nabi Ibrahim dan keturunan-keturunannya-pun juga sudah menerima perintah shalat. Sebagaimana yang di firmankan Allah dalam surat-surat berikut: QS.21: 72-73, QS.20:13-14, QS.14:39-40,QS.19:30-31. Selain ayat-ayat tadi. Ada beberapa ayat Al-Qur'an yang cukup menarik untuk kita simak. Segaligus hal ini untuk membahas pandangan kedua tadi bahwa Isra' Mi'raj nya nabi adalah untuk memberikan perintah shalat sekaligus tata cara shalat. Ternyata, dalam ayat-ayat yang akan disebutkan berikut ini, tata cara shalatpun (berdiri, ruku' dan sujud) sudah diajarkan pada masa kenabian sebelum nabi Muhammad. Diantaranya adalah terletak pada QS.22:26, QS.19:58-59, QS.22:78, Pandangan keTiga, bahwa isra' mi'raj Nabi adalah dalam rangka menerima perintah ketentuan waktu shalat 5 waktu saja. (Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya'). Hal ini lebih bisa kita terima dari pada dua pandangan diatas. Dimana tentang waktu shalat ini telah di firmankan oleh Allah Swt. dalam Qs.17:78 yang artinya: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula) shalat Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Menurut Quraish Syihab. Penempatan perintah shalat 5 waktu dalam surat Al-Isra' ini sangatlah tepat, karena berkaitan langsung dengan cerita-cerita peristiwa Isra' Mi'raj dalam Surat ini. Selain itu ayat diatas tadi adalah ayat Makkiyah, dimana turunnya ayat tersebut adalah pada masa sebelum Nabi Hijrah. Sehingga pandangan ini lebih mendekati terhadap logika pikiran, bahwa isra' mi'raj nya nabi adalah dalam rangka menerima perintah ketentuan waktu shalat yang 5 waktu. Pandangan keEmpat peristiwa isra' mi'raj itu bukan dalam rangka untuk menerima perintah shalat, melainkan 'hanya' untuk menunjukkan tanda-tanda Kekuasaan dan Keagunan Allah kepada Nabi, dimana waktu itu keadaan psikologis Nabi tertekan. Hal ini bertujuan untuk lebih memantapkan keyakinan Nabi, bahwa Allah itu adalah benar-benar serba Maha. Pandangan ini menolak ketiga pandangan sebelumnya, karena Firman Allah yang bercerita tentang Isra' Mi'raj baik dalam surat 17:1 dan 53:14-18 yang dijadikan dasar pijakan cerita Mi'raj, keduanya sama sekali tidak menyinggung peritah shalat, melainkan hanya menunjukkan Kebesaran dan Kekuasaan Allah saja. Didalam menyikapi perbendaan pandangan diatas, kira-kira bagaimana menurut anda? Wallahu a'lam...

Minggu, 13 Juni 2010

Sifat Rasulullah SAW dan Media Impian Masyarakat

Media massa sebagaimana telah kita pahami secara umum adalah merupakan sebuah sarana informasi dan komunikasi diantara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya. Mulai sejak jaman dahulu kala hingga saat ini semua manusia dibelahan bumi manapun yang entah disadari atau tidak pasti akan membutuhkan sebuah media masa sebagai sarana informasi dalam keseharian mereka. Dengan demikian maka secara tidak langsung media masa sebenarnya mempunyai tanggung jawab yang amat besar terhadap masyarakat. Terutama dalam hal kebenaran, keakuratan serta ketajaman analisa informasi yang disampaikan harus benar-benar membuat masyarakat puas atau setidak-tidaknya masyarakat tidak kecewa dengan informasi yang disampaikan. Dalam islam, perihal menyampaikan sebuah informasi inipun sebenarnya sudah dicontohkan oleh Rasulullah sendiri. Dimana beliau sendirilah yang saat itu menjadi media (penyampai informasi wahhyu) dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril untuk kemudian disampaikan kepada Ummatnya. "Informasi-informasi" (Wahyu) yang disampaikan media (Rasulullah) tersebut kita mengenalnya dengan Al-Qur'an. Dimana isi yang terkandung dalam Al-Qur'an tersebut adalah merupakan ajakan-ajakan kepada seluruh umat Manusia untuk menyembah Allah SWT sebagai Tuhan yang sebenar-sebenarnya. Selain itu pula dalam Al-Qur'an tersebut juga diceritakan beberapa kisah-kisah masyarakat jaman dahulu mulai dari nabi Adam semuanya dikisahkan secara jelas dan gamblang. Bahkan kisah-kisah yang akan datangpun hingga akhirat nanti juga dijelaskan dengan akurat dalam Al-Qur'an tersebut. Dan uniknya Al-Quran sampai saat ini telah ditafsiri kedalam ratusan kitab tafsir yang dikarang oleh ilmuan-ilmuan Islam yang sangat tinggi tinggat keilmuannya. Lalu timbul sebuah pertanyaan kenapa kesempurnaan Al-Quran tetap terpelihara hingga saat ini ya, bahkan hingga hari kiamat nanti? Itu semua karena tidak lepas dari peran Nabi Muhammad SAW yang saat itu menjadi media penyampai wahyu dari Allah. Rasulullah menyampaikan wahyu-wahyu tersebut dengan sifat Tablighnya (Menyampaikan) dengan cara yang Sidiq (Jujur) - tidak dilebih-lebihkan dan tidak dikurangi satu hurufpun. Semua informasi (Wahyu) dari Allah yang harus di sampaikan sama umatnya pasti beliau informasikan tanpa mengkorupsinya sedikitpun apalagi menambah-nambahkan. Selain itu, cara menyampaikannya pun dilakukan secara cerdas (Fatonah)oleh Rasulullah, misalnya Rasulullah menjelaskan ayat-ayat yang tidak jelas kepada umatnya baik itu dengan cara perbuatan, perkataan maupun sikap. Hal ini kemudian kita menyebutnya sebagai hadits. Nah menjelaskan ayat-ayat yang perlu ditafsiri dalam Al-Quran itu merupakan Tanggung Jawab (Amanah) beliau kepada umatnya agar supaya umatnya tidak salah paham memahami Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Kesimpulan saya dari tulisan diatas adalah, Media masa yang berkembang pesat saat inipun seharusnya juga mencontoh Rasulullah didalam menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Pertama yaitu sifat Amanah, yakni siap ber(Tangung jawab) terhadap dampak informasi yang disampaikan. Kedua adalah sifat Fatonah. Pandai dan Cerdas menganalisa informasi serta memilah milah informasi mana yang baik untuk di publikansikan dan dikomsumsi oleh masyarakat. Jangan kemuadian mempublikasikan informasi yang menimbulkan ketersinggungan golongan tertentu. Atau mempublikasikan informasi-informasi yang mendorong penyimak informasi melalukan tindakan-tindakan negatif dan meresahakan masyarakat. Ketiga adalah Sifat Siddiq. Jujur terhadap informasi yang disampaikan. Ini adalah konsekwensi dari sifat tanggung jawab dan Cerdas tadi. jadi jika memang sudah merasa siap dan cerdas, maka informasi yang akan disampaiakanpun seharusnya informasi yang benar-benar terjadi. Tidak menambahkan dan tidak mengurangi sedikitpun. Nah kemudian konsekwensi yang terakhir adalah Tabligh (Menyampaikan) informasi kepada khalayak. **** Tulisan ini saya buat dalam rangka merespon gencarnya media massa yang akhir-akhir ini mempublikasikan informasi tindakan asusila yang dilakukan oleh oknum terntentu yang mirip artis, atau bahkan mungkin artis itu sendiri yang melakukan wallahu wa yang bersangkutan a'lam. Mempublikasikan informasi seperti ini kontan menjadikan publik menjadi penasaran sehingga kemudian dalam waktu singkat perbuatan asusila yang direkam lewat kamera itupun menyebar luas di masyarakat. Bahkan masyarakat yang sebelumnya awam dalam hal ini juga akan ikut penasaran. Kenapa? Karena hampir setiap hari bahkan mungkin setiap menit selalu informasi yang satu itu saja yang di publikasikan. Seolah-olah informasi ini memaksa masyarakat agar penasaran dan akhirnya tau lalu kemudian mengikuti. Jadi, sebaiknya mulai saat ini informasi-inforamsi semacam diatas hendaknya di tinjau ulang dengan Cerdas (Fatonah) Sebelum di publkasikan (Tabligh) ke halayak. Menyampaikan yang sejujurnya (Siddiq) bukan berarti menyampaikan informasinya secara rinci. Akan tetapi hendaknya dianalisa dampak kira-kira yang akan terjadi setelah sebuah informasi dipublikasikan. Terakhir, Jika informasi telah terlanjur di publikasikan, maka apapun yang terjadi hendaknya media yang mempublikasikan informasi tersebut bertanggung jawab (Amanah) terhadapnya. Semoga kebelakang media masa bisa meneladani sifat Rasulullah SAW didalam menyampaikan informasi (Wayhu) dari Allah kepada ummatnya. Amin.

Minggu, 23 Mei 2010

Menikmati Era 1914-1945-an di Malang Tempoe Doeloe

Dalam rangka memperingati Hari jadi kota malang yang ke 96 Pemkot Malang bekerja sama dengan Yayasan Inggil menggelar acara Festival Malang Kembali. Even ini digelar guna mensosialisasikan seni dan budaya daerah tradisional jaman dulu. Dengan demikian kegiatan yang ditempatkan di sepanjang jalan Ijen ini juga identik disebut sebagai acara Malang Tempo Doeloe. Selain itu Festival yang diadakan setahun sekali inipun juga bertujuan untuk menggali unsur-unsur kearifan lokal sebagai bahan pengetahuan terhadap masyarakat untuk dilestarikan dan dikembangkan. Berbeda dengan tahun sebelumnya. Jika pada tahun sebelumnya acara ini diselenggarakan selama satu minggu penuh, maka di tahun ini hanya diselenggarakan selama 4 hari saja, terhitung mulai tgl 20-23 Mei 2010. Karena waktunya yang demikian singkat itu maka secara otomatis pengunjungpun setiap malamnya selalu sesak. Saya dan istri saya berkungjung ke acara ini pada hari kedua (22/5). Tiba dilokasi sekitar jam 20.00 WIB. Sekitar 200 meter dari lokasi, lalu lintas sudah mulai macet. Di kanan kiri jalan tampak banyak sepeda motor berjejer yang diparkir sesak. Sementara itu tukang parkir "ilegal" berteriak-teriak "Parkir Malang kembali.. Parkir Malang kembali.. di depan macet.. didepan macet.." Saya acuhkan saja tukang parkir itu, berharap di dekat lokasi masih ada tempat parkir yang kosong. Ketika motor saya sudah merangsek sekitar 15 menit dan sudah hampir dekat dengan lokasi sekitar 50 meter, tiba-tiba motor saya dihadang oleh petugas. "Penuh mas, tidak bisa. sampean muter saja dari arah barat", Ujar petugas. Saya pun putar haluan sambil melihat-lihat beberapa lokasi parkir, berharap mudah-mudahan masih ada tempat buat 1 motor saya saja. Hasilnya nihil. Semua tempat parkir sudah penuh. Dari arah Barat kembali saya dihadang petugas karena parkir didalam sudah penuh. Akhirnya sayapun putar arah lagi, mencari lokasi parkir yang terdekat sudah tidak memungkinkan. Saya pasrah ketika dalam 'putar arah tak menentu itu' ada yang nawarin parkir. Meskipun jarak parkir motor saya sekitar 100 meter dari lokasi acara saya tidak peduli, karena dari saking niatnya saya dan istri saya mengunjungi pagelaran yang dilaksanakan setahun sekali ini. ****** Begitu tiba dilokasi mulai dari pintu masuk desak-desakan pengunjung pun tak dapat dielakkan. Untuk berjalan kaki saja harus dengan mengeser Inchi demi inchi. Sementara disisi kiri pintu masuk lagu-lagu Rock, yang berjudul Rata-Rata langsung menyambut kedatangan pengunjung termasuk saya dan istri saya. Setelah beberapa meter 'jalan geser' suasana sudah lumayan lenggang. Hal ini membuat saya agak lega sambil sesekali melihat-lihat warung-warung makan dan penjual-penjual ala jaman doeloe disisi jalan. Berbagai macam suasana dan hal disini hampir serba jadul semua. Stand kerajinan seni, hiburan rakyat, hingga panganan tradisional semua tumplek blek di acara yang disponsori oleh Telkomsel ini. Selain itu para pengunjung pun juga tak mau kalah 'jadoel', rata-rata sebagian besar memakai busana-busana ala kakek - nenek dengan memakai baju batik atau kebaya. Ada juga yang berpakaian layakanya penjuang PETA sambil membawa sepeda ontel, ada yang memakai kostum kolonial dan lain sebagainya. Bahkan dokar-dokarpun juga tak mau ketinggalan ikut menghiasi suasana ini. Bagi yang hobyy foto-foto, narsis-narsis-an maka di ajang tempoe doeloe inilah mereka meluapkan 'aksinya' secara total. Pergi ke acara ini saya jadi membayangkan bagaimana suasana kehidupan masyarakat di rentang era 1914-1945? Bagaimana pula kesenian, tradisi serta kelezatan aneka jajanan tradisional tempo dulu? Bahkan di acara yang berpusat di Museum Brawijaya ini saya sempat merasa hidup di masa kanak-kanak kakek buyut saya dahulu kala. Begitu mengesankan acara ini sekalipun harus berjalan sekian ratus meter dari lokasi parkir. Sementara itu, dipentas utama digelar acara pentas Wayang Topeng Anak Panji Laras "Sayemboro Sodo Lanang", tiba disini acaranya sudah selesai karena kami datang kemalaman. Namun saya dan istri saya masih menyempatkan diri untuk mengabadikan sisa-sisa acara ini melalui kamera (he he.. ikut narsis akhirnya). Kearah selatan dari acara Wayang Topeng ini ada pementasan Wayang Beber Pacitan "Joko Kembang Kuning", tiba di tempat, acaranya juga sudah selesai, tak lupa kami juga menyempatkan diri untuk foto-foto. Sedangkan acara yang masih berlangsung waktu itu adalah pementasan Ludruk Palma "Panji Laras". Menurut salah satu penonton acara ini akan berakhir hingga jam 24.00 WIB. Apa boleh buat, sekalipun datang terlambat, kami pun ikut menikmati pementasan Ludruk ini walaupun duduk dikursi paling belakang. Pementars Ludruk: Palma "Panji Laras" Belum selesai acara ludruk Panji Laras, tiba-tiba istri saya ngajak pulang. Katanya dia tidak ngerti dengan alur ceritanya, maklum bahasa yang digunakan dalam pentas Ludruk ini adalah bahasa Kromo Inggil (bahasa Jawa paling halus), jadi wajar jika istri saya bingung dan bosan. Lagian waktu itu jam sudah menunjukkan 10.40 WIB. Akhirnya kami pun bertolak pulang dengan berjalan kaki lagi sekitar 100 meter ke tempat parkir.

Jumat, 07 Mei 2010

Malang Berpesta Sejuta Buku

Sepulang jalan-jalan dari Candi Badut. Saya dan istri saya melewati Tugu Kota malang. Dimana disebelah timur tugu ini terbangun 2 bangunan kokoh Balai kota dan Kantor Wali Kota Malang. Dari Arah barat Tugu belok kiri, tiba-tiba pas depan Gedung S. Kodam V Brawijaya, tepatnya di jln. Tugu No. 2 kita di kejutkan oleh sebuah baleho besar bertuliskan PESTA MALANG SEJUTA BUKU 2010, Cinta Baca cinta buku. Kami pun tertarik untuk masuk sebab diskon yang tertera di baleho tersebut sangat miring mulai dari 0 - 87%. Begitu motor kami mau masuk di pintu gerbang kami di hadang oleh 2 petugas parkir. Mereka mencatat no polisi motor kami dan menyerahkan karcis parkir dengan bandrol Rp.1000,-. Karena bagi kami keamanan adalah segalanya maka uang Rp. 1000,- pun tidak begitu membuat kami keberatan untuk menyodorkannya pada petugas parkir tersebut. Sebelum masuk ke Stand pameran. Saya dan Istri saya sempat mengikuti acara pembukaan pameran ini walaupun agak terlambat. Di acara pembukaan ini segenap panitia dan para penerbit berkumpul di depan panggung utama. Mereka mendo'akan salah satu teman mereka (panitia) Moh. Nurhudin (Alm) yang meninggal beberapa hari lalu di Ponorogo. Setelah membaca surah Al-fatihah salah satu dari panitia ini memimpin doa untuk temannya yang akrab di panggil 'Udin' oleh mereka. Pasca mengikuti acara pembukaan, saya pun mulai memasuki ruangan stand pameran. Begitu masuk saya langsung di kagetkan dengan beberapa tumpukan buku yang di bandrol sangat murah. Ternyata diskon dari 0 - 87% yang tertera di baleho itu bukan sekedar isapan jempol belaka. Bda yang di bandrol mulai harga Rp. 5000,- Rp.10.000,- Rp. 15.000,- dan seterusnya. Tapi sayang, berhubung saat itu saya dan istri saya tidak ada rencana, apa daya kami hanya melihat-lihat saja buku-buku tersebut, walaupun kenyataannya kami harus gigit jari dari saking "gregetan"-nya memborong buku-buku tersebut. Selain Pameran Buku. Acara yang diselenggarakan selama satu minggu mulai tgl 6-12 Mei ini juga mengadakan beberapa perlombaan dengan memperebutkan piala Depdiknas. Diatara jenis perlombaan itu antara lain lomba Mewarnai, Karikatur dan karaoke untuk anak-anak TK. Sedang untuk Siswa SMU ada lomba tulis berupa Cerpen dan Opini, Parade Band dan masih banyak lagi perlombaan lainnya. Untuk acara malam hari, panitia mengisi acara Pesta Sejuta Buku ini dengan beberapa dialog, seminar dan diskusi budaya. Acara ini dibuka mulai jam 8.00 - 21.00 WIB. Jadi waktu selama 13 jam ini sangat memungkinkan untuk di kunjungi dari berbagai kalangan. Selain tiket masuk yang gratis, bagi pengunjung yang membeli buku maka struk pembelian tersebut bisa di tukarkan dengan kupon undian di pintuk keluar. Bagi yang beruntung maka pengunjung yang pembeli berhak mendapatkan jam tangan cantik nan eksklusif. **** Keluar dari "Pesta" kami tidak langsung pulang. Istri saya yang notabene baru 7 bulan di malang mengajak saya jalan-jalan ke taman Tugu walaupun panasnya minta ampun. Kami sempat foto-foto disana sambil mewalawan terik matahari yang begitu menyengat. Karena Kehausan, sehabis dari Taman Tugu kami beli Es Cendol dulu sebelum akhirnya pulang kerumah untuk istirahat.

Sabtu, 01 Mei 2010

IKSTIDA - Maafkan Saya

"Inna Allah ya-murukum antu-addu al-amanaat ilaa ahliha wa idza hakamtum baina al-naas an tahkumuu bi al-‘adl" "sesungguhnya Allah menyuruh kalian manyampaikan amanat kepada yang berhak dan apabila kalian memerintah maka memerintahlah berdasarkan dan dengan keadilan"(QS. An-Nisa: 59) Ayat Al-Qur'an di atas di baca Oleh Bapak Tibyanto Ahmad selaku Kabid. P2O (Pendidikan Penerbitan dan Organisasi) Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Masa bakti 2003-2004. Ayat Al-Qur'an yang diturunkan pasca Nabi Hijrah tersebut dibaca oleh beliau dalam rangka melantik 10 Ketua Organisasi Daerah (ORDA). Dimana Orda-Orda ini merupakan persatuan santri-santri di PPA Lubangsa dari berbagai daerah. Salah satu nama dari 10 Orda tersebut adalah Organisasi Ikatan Keluarga Santri Timur Daya yang kemudian di singkat IKSTIDA. Sedangkan Ketua IKSTIDA yang dilantik saat itu adalah saya sendiri yang terpilih beberapa hari sebelumnya melalui Musyawarah Besar dengan sistem Voting. Memimpin organisasi yang beranggotakan kurang lebih 700 orang tersebut ternyata tidak semudah yang saya duga sebelumnya. Hal yang paling mendasar dari kesulitan tersebut adalah menyatukan para anggota untuk kompak dan bersatu. Perbedaan latar belakang pendidikan, adat serta kepribadian dari masing-masing anggota merupakan sebuah kendala yang harus dihadapi dengan cara yang tidak mudah. Pelik dan harus melalui berbagai langkah politis serta konsultasi terhadap senior tentang bagaimana caranya mempolitisi masalah tersebut. Selain itu, teman-teman pengurus yang saya posisikan di struktur kepengurusan waktu itu justru adalah senior-senior saya. Hal ini sangat efektif memadamkan ke pede-an saya sebagai seorang ketua organisasi. Akibatnya, Organisasi IKTSTIDA yang pada masa kepemimpinan sebelumnya menyabet prestasi gemilang itu menjadi terpuruk di masa saya. Semua program kerja nyaris tidak ada yang terlasana. Kecuali kegiatan/pertemuan rutin setiap malam Selasa dan penerbitan mading, itupun karena program tersebut merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan atas program kerja Pengurus P2O sendiri. "Menurutku kamu itu sebenarnya cukup mempertahankan saja prestasi IKSTIDA sebelumnya. Kalau mampu bisa kamu benahi kelemahan-kelemahannya. Dan kalau tidak mampu ya sekali lagi, minimal (semestinya) kamu pertahankan prestasi-prestasi itu..", Nasehat Pak A'ang Asy'ari yang waktu itu menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Organsisai IKSTIDA. Saya kemudian merasa bersalah terhadap teman-teman IKSTIDA waktu itu. Saya jadi beranggapan kalo ternyata QS. Annisa: 59 yang dibaca Pak Tibyanto diatas tidak pantas untuk di capkan terhadap saya. Meskipun berkali-kali saya ikut pelatihan keorganisasian ternyata ilmu dan teori yang diajarkan dalam pelatihan tersebut belum cukup untuk diaplikasikan dalam kehidupan berorganisasi yang sebenarnya. Menjelang masa jabatan saya berakhir, raut kekecewaan dan sikap terkesan apatis baik itu dari teman-teman sesama pengurus maupun dari semua anggota organisasi selalu saya rasakan kala itu. Kekecewaan mereka memuncak saat organisasi yang lagi berjalan tertatih-tatih ini memenangkan perlombaan Bola Volly menjelang perayaan Akhir sanah. Sekelompok anggota yang mengikuti lomba tersebut menyita hadiah yang di berikan panitia dengan alasan mereka bukanlah delegasi dari IKSTIDA. Organisasi dengan anggota yang berasal dari 4 kecamtan di kawasan timur daya Kabupaten Sumenep ini di anggap tidak memeberikan sumbangsih apa-apa dalam kompotesi antar Orda Tersebut. Kejadian di atas baru dalam lingkup "intern teritorial" organisasi. Sedangkan kejadian yang tak kalah hebohnya adalah saat komisi D bagian Humas merealisasi program kerjanya yang bersifat tahunan. Program kerja tersebut berupa pengadaan acara pengajian umum diluar pesantren yang waktu itu di tempatkan di Kecamatan Dungkek. Tepatnya di Desa Candi, rumah saudaranya Asrodi Assyukkur yang waktu itu menjabat sebagai wakil saya di IKSTIDA. Kendala yang paling mendasar dari kegiatan ini adalah enggannya anggota membayar iuran untuk acara tersebut. Alasananya pun beragam, mulai dari yang asal-asalan buat alasan sampai kepada alasan yang terkesan apatis terhadap 'kepemimpinan' saya. Buntunya dana tidak memenuhi anggaran. Hingga acara ini selesai organisasi yang didirikan pada tahun 1985 ini pun mempunyai tanggungan hutang terhadap sohibut bait. **** Cerita singkat diatas, hingga saat ini sangat sulit saya lupakan. Dan tidak jarang kadang hal ini membuat saya menjadi serba pesimistis dalam hidup berorganisasi. Untuk semua teman-teman IKSTIDA, (yang aktif tahun berapapun - atau bahkan yang tidak aktif sama sekali) yang sempat baca tulisan ini. Saya hanya bisa minta maaf atas kealpaan saya. Semoga segala sesuatu yang terjadi pada masa kepeminpinan saya, dapat kiranya menjadi bahan renungan dan pelajaran buat generasi-generasi berikutnya, untuk menjadikan Organisasi IKSTIDA maju melaju pesat baik dari sisi kualitas maupun kuwantitas kader-kadernya. Amin. Maafkan Saya IKSTIDA..

Minggu, 11 April 2010

Memahami Misi Hidup Melalui Ummul Qur'an

Membahas masalah hidup dan kehidupan di alam semesta ini tentu saja tidak bisa lepas dari sebuah tatanan-tananan dan peraturan-peraturan. Dimana melalui peraturan-peraturan itu diharapkan laju perjalanan alam semesta ini akan berlangsung kondusif, efisien dan efektif. Peraturan-peraturan tersebut harus meliputi seluruh materi yang ada di semesta ini. Mulai dari Matahari yang diatur untuk mengeluarkan cahaya atau sinar yang memancar dari dirinya sendiri. Bumi diatur untuk berputar sendiri pada porosnya selama 24 jam berturut-turut seraya mengelilingi matahari selama 1 tahun melalui rel atau garis edarnya. Bulan mengelilingi bumi selama 30 hari. Demikian juga halnya dengan materi-materi lainnya di alam semesta ini tidak akan lepas dari peraturan-peraturan yang harus di patuhi. Sedikit saja aturan itu dilanggar, maka tentu saja akibatnya akan menjadi fatal bagi seluruh tatanan kehidupan lainnya di seluruh alam semesta ini. Lalu, siapakah yang membuat peraturan-peraturan itu? Yang membuat peraturan-peraturan di alam semesta ini tentu saja adalah yang menciptakanya. Siapa yang menciptakan alam semesta ini? Dialah Allah SWT, Dzat yang menjadikan alam semesta ini ADA dari TIDAK ADA. Lalu kemudian atas Sifat Maha KuasaNya dibuatlah peraturan-peraturan yang wajib di patuhi oleh seluruh ciptaanNya. Peraturan tersebut berbeda-beda sesuai dengan perannya masing-masing dialam semesta ini. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al-A'raf: 7 yang artinya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-A'raf:7) Menilai dari sisi hati nurani memang merupakan hal yang wajib jika yang membuat aturan di alam semesta ini hanyalah Allah semata. Karena memang hanya Dia yang maha tahu bagaimana seharusnya tatanan alam semesta ini bekerja. Demikian juga halnya dengan Manusia. Manusia pada dasarnya tidak tahu untuk apa hidup di dunia ini dan Apa saja yang harus dilakukannya. Untuk itu kemudian Allah memberikan manusia akal untuk digunakan mencari cara bagaimana seharusnya dia hidup. Lalu diutuslah seorang Rasul untuk menyampaikan wahyuNya kepada seluruh umat manusia tersebut untuk dipelajari dan dipahami dan kemudian di aplikasikan dalam kehidupannya sehari-sehari. Dengan memahami, menjalani dan mematuhi aturan yang terdapat dalam wahyu tersebut maka manusia insyaALLAH pasti akan selamat. Kenapa? Karena Allahlah yang menciptakan manusia dan pastilah Allah lebih tahu tentang caranya bagaimana seharusnya manusia menjalani hidupnya yang benar agar selamat. *** Secara panjang lebar, Allah SWT telah memberitahukan manusia melalui RasulNya Muhammad SAW - mengenai bagaimana aturan yang diberlakukan kepada manusia dalam rangka menjalani kehidupannya sehari-hari di muka bumi ini. Aturan-aturan itu kita kenal dengan Wahyu yang terkumpul dalam satu kitab suci bernama Al-Qur'an. Al-qur'an sebagaimana kita ketahui bersama terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat. Namun ada beberapa ulama yang khilaf tehadap susunan jumlah surat dan ayat tersebut. Dari 114 surat tersebut ada 1 surat yang dikenal dengan surat Al-fatihah, dimana surah Al-fatihah ini oleh umat Islam dikenal juga dengan Ummul Qur'an. Dinamai surat Al-fatihah (Pembukaan) karena surat ini merupakan surat yang berada di urutan pertama dari 113 surat lainnya. Terdiri dari 7 ayat dimana dalam setiap ayat-ayat tersebut menurut hemat penulis berisi seputar VISI dan MISI umat manusia selama didunia. Dari mana, akan kemana dan untuk apa manusia diciptakan di surat Al-Fatihah inilah semuanya digambarkan. Paparan dalam ayat-ayat tersebut begitu singkat padat dan cukup jelas, akan tetapi untuk lebih mendetailnya Allah "menjelaskannya" dalam surat-surat berikutnya. Oleh karena itulah kemudian surat Al-fatihah ini disebut juga sebagai Ummul Qur'an (Ibu Al-Qur'an). Berikut ini sedikit gambaran singkat penulis akan ke 7 ayat dalam surat Alfatihah tersebut. Ayat 1. Bismillahi Ar-Rahmani Ar-Rahimi. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sebagai surat pembukaan maka dimulai membacanya pun sudah sepatutnya menyebut nama Allah. Hal ini dilakukan semata karena Allah begitu sayang (Ar-Rahiim) sama manusia. Sehingga dari saking sayangnya manusia kemudian - melalui sifat Ar-RahmanNya- memberikan kitab Al-Qur'an sebagai pentunjuk (pedoman) tentang bagaimana seharusnya menjalani hidup. Ayat 2. Alhamdulillahi Rabbi Al-'alamin. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Karena Allah telah mengasihi dan menyayangi manusia dengan diberikannya petunjuk berupa Kitab Al-Quran. Maka sudah selayaknya pula manusia memuji Kebesaran dan Kasih SayangNya. Selain itu ayat merupakan hakikat tujuan hidup (MISI) manusia selama didunia. Tujuan (MISI) hidup manusia dimuka bumi ini sebenarnya hanyalah ALLAH semata. Allah Rabbil 'alamiin (Tuhan semesta alam). Bukan harta benda atau materi duniawi lainnya. Melainkan Allahlah sebenarnya tempat manusia dan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini akan kembali. Karena itu Allah akan sangat murka jika manusia didalam mejalani aktifitas sehari-harinya hanya untuk mencari harta duniawi saja bahkan menganggap segalanya itu sebagai tuhan. Dari saking murkanya Allah sampai menutup pintu taubatNya bagi manusia golongan semacam ini. Lalu bagaimana seharusnya manusia menposisikan Allah sebagai MISI hidupnya selama di dunia? Semuanya diperjelas oleh Allah dalam surat-surat dan ayat-ayat berikutnya. Ayat 3. Ar-Rahmani Ar-Rahimi Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Maka sebenarnya manusia ini sangat beruntung Allah Menyayangi dan Mengasihinya. Termasuk juga mengasihi seluruh ciptaan-ciptaanNya. Penjelasan tentang bagaimana Allah menyayangi dan mengasihi umatnya dijelaskan pula olehNya dalam ayat dan surat-surat dan ayat-ayat berikutnya. Ayat 4. Maliki yaumi Al-dien. Yang menguasai di Hari Pembalasan Nah. Disinilah sebenarnya tempat tinggal manusia yang sebenarnya. Di alam Yaumiddin inilah Allah akan mengadili umat-umatnya termasuk manusia dan jin. Apakah mereka ingkar atau taat. Dari seluruh perbuatan-perbuatannya itu Allah akan membalasnya dengan balasan yang setimpal. Sedangkan penjelasan mengenai balasan yang setimpal itu juga sudah dijelaskan lebih rinci dalam surat dan ayat-ayat berikutnya. Ayat 5. IyyaKa na'budu wa iyyaKa nasta'iin Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan Ayat ini menjelaskan bahwan inilah sebenarnya MISI manusia hidup didunia. Yakni Hanya menyembah dan beribadah kepada Allah serta meminta pertolongan. Apapun yang manusia lakukan di muka bumi ini akan berakibat fatal jika tidak diniatkan untuk ibadah kepada Allah. Terus, bagaimana cara umat manusia beribadah? pembaca dapat mencari sendiri uraiannya dalam surat dan ayat-ayat berikutnya. Ayat 6. Ihdina Al-Shirata Al-Mustaqiim Tunjukilah kami jalan yang lurus. Diakui atau tidak, sudah merupakan hukum alam sepertinya. Bahwa untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Cita-cita misalnya, manusia harus selalu konsisten dan konsenstari penuh bagaimana supaya cita-citanya tergapai tepat sasaran. Tidak boleh ada hal lain yang mengganggu konsentarinya dalam hal ini. Terganggu sedikit saja maka hal itu akan menjadi kendala, dimana resiko mencapai cita-citanya akan mengalami kegagalan dan harus mengaturnya kembali dari awal. Nah demikian juga halnya dengan Misi manusia di muka bumi untuk Menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah. Manusia harus konsisten dalam mejalankannya agar supaya Allah sebagai visi hidupnya tercapai dengan sempurna. Ayat 7. Shirata Al-Ladzina an'amta 'alaihim ghairi Al-Maghdubi 'alaihim walaa Al-Dzaalliin. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat Kemudian seperti apakah jalan yang lurus itu? Sebagaimana di jelaskan di ayat ini, bahwa jalan yang lurus itu adalah jalan (cara) beribadah yang telah ditempuh oleh manusia terdahulu, dimana dari jalan yang ditempuhnya itu mereka mendapat nikmat dari Allah. Sedangkan jalan yang tidak lurus adalah jalan hidup yang ditempuh oleh orang-orang terdahulu, dimana pola hidupnya itu di Murkai oleh Allah karena mereka menempuh jalan yang tidak lurus sehingga "tersesat di kegelapan". Lalu siapkah mereka yang mendapat nikmat dan mendapat murka Allah itu. Hal ini juga sudah diceritakan kisah-kisahnya oleh Allah dalam surat dan ayat-ayat berikutnya. Surat Al-fatihah ini merupakan "rangkuman" dari seluruh isi yang terkandung dalam Al-quran. Padat, Singkat dan cukup jelas. Disinilah makanya kemudian Surat Al-fatihah disebut juga sebagai Ummul Qur'an. Semua uraian diatas, penulis yakin masih sangat jauh dari sempurna. Jujur, penulis bukan seorang ahli tafsir yang patut dan pantas untuk mentafsiri ayat-ayatNya. Penulis masih jauh sekali dari tinggkatan itu. Untuk itu penulis berharap ada sumbangsih dari para pembaca terkait tulisan ini. Entah itu berupa saran dan kritik. Atau mungkin mau menambahkan atau menyempurnakan. Silahkan. Penulis akan dengan senang hati mempersilahkan. Wallahu a'alam..

Minggu, 04 April 2010

Hijaukan Lingkungan Kita Sebelum Terlambat (Bagian 3 - Habis)

Pada dasarnya makhluk hidup di dunia ini dibedakan menjadi 2 golongan. Golongan yang pertama adalah Al-Hayawan An-Naatiq (Hewan yang berakal) dan Al-Hayawan Ghairu An-Naatiq (Hewan yang tidak berakal). Hewan yang berakal yang dimaksud disini adalah manusia. Sedangkan hewan yang tidak berakal adalah makhluq hidup selain manusia. Bisa kita bayangkan bersama seandainya manusia tidak di beri akal oleh Allah. Apa yang akan terjadi, tentu saja hukum alam rimbapun akan berlaku disini. Pegangannya bukan lagi pada standar kebenaran melainkan kepada kekuatan fisik. Akan tetapi karena tujuan Allah menjadikan manusia di muka bumi ini sebagai Khalifah, maka dibekalilah jasad manusia dengan akal. Sedangkan fungsi makhluk hidup yang tidak mempunyai akal adalah sebagai pelengkap dan sarana keberlangsungan hidup manusia selama di dunia. Disini kemudian manusia diajari bagaimana cara memanfaatkan makhluq yang ghairu An-Natiq tersebut. Dimana ajaran-ajaran memanfaatkannya itu bisa manusia dapatkan melalu Firman Allah dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi SAW. Sebagai contoh kecil, didalam memanfaatkan ayam untuk di makan, maka cara memanfaatkan yang baik adalah dengan cara disembelih dengan pisau yang sangat tajam dan sebelum di sembelih diwajibkan untuk membaca Basmalah terlebih dahulu. Setelah itu kita harus mensucikan ayam tersebut dari darah dan kotorannya hingga benar-benar bersih dan suci. Barulah kemudian dimasak atau dipanggang. Setelah matang maka barulah kita makan hewan tersebut. Berbeda halnya dengan cara mahkluq ghairu An-Naatiq dalam mencari makan untuk kelangsungan hidupnya. Bisa kita lihat di media televisi, misalnya bagaimana segerombolan harimau mencari makan (memangsa) kerbau, bagaimana seekor elang memangsa anak ayam, bagaimana pula ular memangsa tikus dan sebagainya. Tidak dapat di pungkiri kalau dari penglihatan mata kita akan berujung kepada sebuah kesimpulan: brutal. Itulah fungsi akal manusia, bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Akan tetapi akhir-akhir ini, manusia dengan akalnya seolah-seolah dihadapkan pada sebuah fakta yang sulit untuk membadakan antara mana Al-Hayawan An-Naatiq dan mana Al-Hayawan ghairu An-Naatiq. Bahkan lebih ironis seakan-akan Al-Hayawan An-Naatiq itu saat ini sudah hampir punah di muka bumi ini. Manusia dengan akalnya justru lebih kejam dan sadis dari pada mahkluk yang tidak punya akal. Singkatnya, jika kita menemukan kerusakan-kerusakan di segala lini kehidupan, maka manusialah penyebabnya. Gara-gara Al-Hayawan An-Naatiq-lah perubahan iklim disekitar kita dan dibumi kita menjadi semakin rusak dan tercemar. Sebagaimana tergambar jelas dalam Surat Ar-Ruum berikut ini: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Ruum:41) Memang merupakan sebuah fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa akhir-akhir ini perubahan iklim dunia semakin tidak bisa di anggap remeh. Sebagaimana penulis telah paparkan pada tulisan bagian sebelumnya (bagian 1-2). Untuk itu, pada bagian tulisan terakhir ini, penulis akan mengajak para pembaca untuk kembali ke jalan yang benar sebagaimana kalimat di akhir QS. Ar-Ruum:41 diatas tadi. Mengembalikan kondisi alam lingkungan kita ke tatanan semula memang sangatlah (bahkan pasti) tidak mungkin. Tidak mungkin manusia sanggup mengembalikan sumber daya alam diperut bumi yang sudah dikeruk mulai ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Tidak mungkin pula manusia dapat mengembalikan hutan yang kini sudah ditempati gedung-gedung pencakar langit dan rumah-rumah mewah serta apartemen-apartemen yang menjulang langit. Tidak mungkin kita bisa mengembalikannya secara utuh seperti sedia kala. Disinilah pentingnya kita menyadari bersama bahwa kita (manusia) sungguh telah banyak merusak fasilitas kita sendiri. Kita harus bertanggung jawab dan bergerak bersama-sama untuk menyelamatkan bumi kita ini dari ancaman keruskan iklim. Hijaukan lingkungan kita sebelum terlambat.. (Habis..)