"Katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS Ataubah:24)
Dua hari yang lalu kita di ingatkan kembali kepada sebuah sejarah yang Agung di masa lalu. Sebuah masa dimana Allah memberikan ujian kepada hambanya Nabi Ibrahim dan dan Nabi Ismail. Dimana Nabi Ibrahim yang telah lama mendambakan seorang putra dan ketika putra itu lahir justru diperintahkan oleh Allah di ungsikan ke tanah Makkah. Sebuah daerah padang pasir yang tandus dan tak ada tanda-tanda kehidupan didalamnya. Berkat kesabaran Istrinya siti Hajar maka Allah kemudian memberikan air Zam-Zam kepada mereka melalui perantaran malaikat Jibril.
Belum cukup sampai disitu. Setelah Ismail menginjak masa remaja kembali kesabaran nabi Ibrahim di Uji oleh Allah dengan menyuruhnya menyembelih putra semata wayangnya itu. Meskipun memilukan tapi tak sebersitpun terlintas dibenak Nabi Ibrahim untuk protes atau membantah perintah Agung tersebut. Bahkan menawarnyapun tidak sama sekali.
Nabi Ibrahim benar-benar menjalankan peritah Allah tersebut setelah terlebih dulu berunding dengan putranya Nabi Ismail. Dengan didasari perasaan sabar, iman dan tawakkal bahwa perintah Allah itu memanglah jalan yang terbaik baginya. Maka berangkatlah Ibrahim untuk menyembelih putranya sendiri. Berbagai macam godaan dan hasutan disepanjang jalan yang diterima Ibrahim untuk tidak melaksanakan perintah Allah itu tetap membuatnya tidak ragu sedikitpun. Malah Nabi Ibrahim justru melawan mereka dengan melemparinya dengan batu. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan "melemapar jumrah" yang dilakukan oleh jamaah haji setiap tahun di kota Makkah.
Namun ketika eksekusi penyembelihan itu dilakukan Ibrahim menemui kegagalan berkali-kali. Bukan karena pedang Nabi Ibrahim tidak tajam. Justru dari saking tajamnya pedang nabi Ibrahim, pedang tersebut mampu memecahkan bebatuan gunung. Tentu saja semua itu adalah merupakan kehendak Allah untuk mentumpulkan pedangnya diatas leher putranya hingga nabi Ismail selamat dan tergantikan domba yang dibawa oleh Malaikat Jibril.
Itulah sosok keluarga Nabi Ibrahim. Dari saking beriman dan tawakkalnya kepada Allah. Jangankan harta, bahkan nyawa putra kesayangannyapun rela beliau korbankan. Dan begitulah memang yang telah Allah perintahkan kepada semua umat manusia di muka bumi ini. Janganlah sampai kecintaan kita kepada harta duniawi, istri dan anak sampai mengalahkan kecintaan kita kepada Allah SWT dan RasulNya.
Allah berfirman dalam QS Ataubah: 24 sebagai berikut; "Katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."
* * *
Selain peristiwa Ibrahim dan Ismail. Bulan ini sebagian dari bangsa kita dihadapakan pada sebuah peristiwa bencana alam. Mulai dari Tsunami, Gempa bumi, longsor dan letusan gunung merapi. Korban nyawa dan materi tidak sedikit yang ludes dan lenyap begitu saja dan bahkan banyak yang sudah tidak bisa di fungsikan lagi.
Hal ini merupakan pertanda sekaligus bukti bahwa materi dunia dan nyawa itu sebenarnya benar-benar tidak ada apa-apanya disisi Allah. Jadi sangat ironis sekali jika selama ini kita begitu mencintai setengah mati harta benda dan keluarga kita dengan mengabaikan kecintaan kita kepada Allah SWT.
Untuk itulah. Marilah kita korbankan harta benda duniawi kita yang amat kita cintai untuk mencintai Allah SWT. Pergunakanlah harta yang kita perjuangkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bimbing, ajarkan serta wariskanlah kepada keluarga dan anak-anak kita untuk selalu berkorban apa saja. Demi semata meraih Ridha dan CintaNya yang abadi selamanya. InsyaAllah.
Wallahu a'lam. Mohon Koreksinya.
Banyak cerita tentang penyembelihan kurban oleh Ibrahim... selalu disebutkan yang dikurbankan adalah Ismail... Setelah saya cari di Al Qur'an... tidak ada penyebutan nama Ismail sebagai anak yang dikurbankan... padahal Ibrahim mempunyai dua anak (Ismail dan Ishaq) Cerita-cerita tentang penyembelihan kurban yang saya dengar itu tidak menyebutkan dalil tentang siapa yang dikurbankan... Saya menemukan cerita yang sama di Injil... di situ disebutkan yang dijadikan kurban adalah Ishaq... Apa saya harus menelan bulat-bulat cerita itu tanpa dalil????
BalasHapus