
Membahas masalah hidup dan kehidupan di alam semesta ini tentu saja tidak bisa lepas dari sebuah tatanan-tananan dan peraturan-peraturan. Dimana melalui peraturan-peraturan itu diharapkan laju perjalanan alam semesta ini akan berlangsung kondusif, efisien dan efektif. Peraturan-peraturan tersebut harus meliputi seluruh materi yang ada di semesta ini. Mulai dari Matahari yang diatur untuk mengeluarkan cahaya atau sinar yang memancar dari dirinya sendiri. Bumi diatur untuk berputar sendiri pada porosnya selama 24 jam berturut-turut seraya mengelilingi matahari selama 1 tahun melalui rel atau garis edarnya. Bulan mengelilingi bumi selama 30 hari. Demikian juga halnya dengan materi-materi lainnya di alam semesta ini tidak akan lepas dari peraturan-peraturan yang harus di patuhi. Sedikit saja aturan itu dilanggar, maka tentu saja akibatnya akan menjadi fatal bagi seluruh tatanan kehidupan lainnya di seluruh alam semesta ini.
Lalu, siapakah yang membuat peraturan-peraturan itu? Yang membuat peraturan-peraturan di alam semesta ini tentu saja adalah yang menciptakanya. Siapa yang menciptakan alam semesta ini? Dialah Allah SWT, Dzat yang menjadikan alam semesta ini ADA dari TIDAK ADA. Lalu kemudian atas Sifat Maha KuasaNya dibuatlah peraturan-peraturan yang wajib di patuhi oleh seluruh ciptaanNya. Peraturan tersebut berbeda-beda sesuai dengan perannya masing-masing dialam semesta ini. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al-A'raf: 7 yang artinya:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-A'raf:7)
Menilai dari sisi hati nurani memang merupakan hal yang wajib jika yang membuat aturan di alam semesta ini hanyalah Allah semata. Karena memang hanya Dia yang maha tahu bagaimana seharusnya tatanan alam semesta ini bekerja. Demikian juga halnya dengan Manusia. Manusia pada dasarnya tidak tahu untuk apa hidup di dunia ini dan Apa saja yang harus dilakukannya. Untuk itu kemudian Allah memberikan manusia akal untuk digunakan mencari cara bagaimana seharusnya dia hidup. Lalu diutuslah seorang Rasul untuk menyampaikan wahyuNya kepada seluruh umat manusia tersebut untuk dipelajari dan dipahami dan kemudian di aplikasikan dalam kehidupannya sehari-sehari. Dengan memahami, menjalani dan mematuhi aturan yang terdapat dalam wahyu tersebut maka manusia insyaALLAH pasti akan selamat. Kenapa? Karena Allahlah yang menciptakan manusia dan pastilah Allah lebih tahu tentang caranya bagaimana seharusnya manusia menjalani hidupnya yang benar agar selamat.
***
Secara panjang lebar, Allah SWT telah memberitahukan manusia melalui RasulNya Muhammad SAW - mengenai bagaimana aturan yang diberlakukan kepada manusia dalam rangka menjalani kehidupannya sehari-hari di muka bumi ini. Aturan-aturan itu kita kenal dengan Wahyu yang terkumpul dalam satu kitab suci bernama Al-Qur'an. Al-qur'an sebagaimana kita ketahui bersama terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat. Namun ada beberapa ulama yang khilaf tehadap susunan jumlah surat dan ayat tersebut. Dari 114 surat tersebut ada 1 surat yang dikenal dengan surat Al-fatihah, dimana surah Al-fatihah ini oleh umat Islam dikenal juga dengan Ummul Qur'an.
Dinamai surat Al-fatihah (Pembukaan) karena surat ini merupakan surat yang berada di urutan pertama dari 113 surat lainnya. Terdiri dari 7 ayat dimana dalam setiap ayat-ayat tersebut menurut hemat penulis berisi seputar VISI dan MISI umat manusia selama didunia. Dari mana, akan kemana dan untuk apa manusia diciptakan di surat Al-Fatihah inilah semuanya digambarkan. Paparan dalam ayat-ayat tersebut begitu singkat padat dan cukup jelas, akan tetapi untuk lebih mendetailnya Allah "menjelaskannya" dalam surat-surat berikutnya. Oleh karena itulah kemudian surat Al-fatihah ini disebut juga sebagai Ummul Qur'an (Ibu Al-Qur'an).
Berikut ini sedikit gambaran singkat penulis akan ke 7 ayat dalam surat Alfatihah tersebut.
Ayat 1. Bismillahi Ar-Rahmani Ar-Rahimi.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Sebagai surat pembukaan maka dimulai membacanya pun sudah sepatutnya menyebut nama Allah. Hal ini dilakukan semata karena Allah begitu sayang (Ar-Rahiim) sama manusia. Sehingga dari saking sayangnya manusia kemudian - melalui sifat Ar-RahmanNya- memberikan kitab Al-Qur'an sebagai pentunjuk (pedoman) tentang bagaimana seharusnya menjalani hidup.
Ayat 2. Alhamdulillahi Rabbi Al-'alamin.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Karena Allah telah mengasihi dan menyayangi manusia dengan diberikannya petunjuk berupa Kitab Al-Quran. Maka sudah selayaknya pula manusia memuji Kebesaran dan Kasih SayangNya. Selain itu ayat merupakan hakikat tujuan hidup (MISI) manusia selama didunia. Tujuan (MISI) hidup manusia dimuka bumi ini sebenarnya hanyalah ALLAH semata. Allah Rabbil 'alamiin (Tuhan semesta alam). Bukan harta benda atau materi duniawi lainnya. Melainkan Allahlah sebenarnya tempat manusia dan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini akan kembali.
Karena itu Allah akan sangat murka jika manusia didalam mejalani aktifitas sehari-harinya hanya untuk mencari harta duniawi saja bahkan menganggap segalanya itu sebagai tuhan. Dari saking murkanya Allah sampai menutup pintu taubatNya bagi manusia golongan semacam ini.
Lalu bagaimana seharusnya manusia menposisikan Allah sebagai MISI hidupnya selama di dunia? Semuanya diperjelas oleh Allah dalam surat-surat dan ayat-ayat berikutnya.
Ayat 3. Ar-Rahmani Ar-Rahimi
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Maka sebenarnya manusia ini sangat beruntung Allah Menyayangi dan Mengasihinya. Termasuk juga mengasihi seluruh ciptaan-ciptaanNya. Penjelasan tentang bagaimana Allah menyayangi dan mengasihi umatnya dijelaskan pula olehNya dalam ayat dan surat-surat dan ayat-ayat berikutnya.
Ayat 4. Maliki yaumi Al-dien.
Yang menguasai di Hari Pembalasan
Nah. Disinilah sebenarnya tempat tinggal manusia yang sebenarnya. Di alam Yaumiddin inilah Allah akan mengadili umat-umatnya termasuk manusia dan jin. Apakah mereka ingkar atau taat. Dari seluruh perbuatan-perbuatannya itu Allah akan membalasnya dengan balasan yang setimpal. Sedangkan penjelasan mengenai balasan yang setimpal itu juga sudah dijelaskan lebih rinci dalam surat dan ayat-ayat berikutnya.
Ayat 5. IyyaKa na'budu wa iyyaKa nasta'iin
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan
Ayat ini menjelaskan bahwan inilah sebenarnya MISI manusia hidup didunia. Yakni Hanya menyembah dan beribadah kepada Allah serta meminta pertolongan. Apapun yang manusia lakukan di muka bumi ini akan berakibat fatal jika tidak diniatkan untuk ibadah kepada Allah. Terus, bagaimana cara umat manusia beribadah? pembaca dapat mencari sendiri uraiannya dalam surat dan ayat-ayat berikutnya.
Ayat 6. Ihdina Al-Shirata Al-Mustaqiim
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Diakui atau tidak, sudah merupakan hukum alam sepertinya. Bahwa untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Cita-cita misalnya, manusia harus selalu konsisten dan konsenstari penuh bagaimana supaya cita-citanya tergapai tepat sasaran. Tidak boleh ada hal lain yang mengganggu konsentarinya dalam hal ini. Terganggu sedikit saja maka hal itu akan menjadi kendala, dimana resiko mencapai cita-citanya akan mengalami kegagalan dan harus mengaturnya kembali dari awal.
Nah demikian juga halnya dengan Misi manusia di muka bumi untuk Menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah. Manusia harus konsisten dalam mejalankannya agar supaya Allah sebagai visi hidupnya tercapai dengan sempurna.
Ayat 7. Shirata Al-Ladzina an'amta 'alaihim ghairi Al-Maghdubi 'alaihim walaa Al-Dzaalliin.
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat
Kemudian seperti apakah jalan yang lurus itu? Sebagaimana di jelaskan di ayat ini, bahwa jalan yang lurus itu adalah jalan (cara) beribadah yang telah ditempuh oleh manusia terdahulu, dimana dari jalan yang ditempuhnya itu mereka mendapat nikmat dari Allah. Sedangkan jalan yang tidak lurus adalah jalan hidup yang ditempuh oleh orang-orang terdahulu, dimana pola hidupnya itu di Murkai oleh Allah karena mereka menempuh jalan yang tidak lurus sehingga "tersesat di kegelapan".
Lalu siapkah mereka yang mendapat nikmat dan mendapat murka Allah itu. Hal ini juga sudah diceritakan kisah-kisahnya oleh Allah dalam surat dan ayat-ayat berikutnya. Surat Al-fatihah ini merupakan "rangkuman" dari seluruh isi yang terkandung dalam Al-quran. Padat, Singkat dan cukup jelas. Disinilah makanya kemudian Surat Al-fatihah disebut juga sebagai Ummul Qur'an.
Semua uraian diatas, penulis yakin masih sangat jauh dari sempurna. Jujur, penulis bukan seorang ahli tafsir yang patut dan pantas untuk mentafsiri ayat-ayatNya. Penulis masih jauh sekali dari tinggkatan itu. Untuk itu penulis berharap ada sumbangsih dari para pembaca terkait tulisan ini. Entah itu berupa saran dan kritik. Atau mungkin mau menambahkan atau menyempurnakan. Silahkan. Penulis akan dengan senang hati mempersilahkan.
Wallahu a'alam..