Jumat, 02 April 2010

Hijaukan Lingkungan Kita Sebelum Terlambat (Bagian 1)

Pada zaman modern saat ini secara kasat mata perubahan-perubahan di dalam segala lini kehidupan telah menjadi pemandangan yang tidak asing lagi bagi kita. Mulai dari segi sarana infrastruktur pembangunan untuk umum maupun sarana-sarana infrastruktur kehidupan pribadi. Selain itu, berbagai macam peralatan-peralatan canggih pun dewasa ini juga sudah bukan merupakan pemandangan yang aneh. Hal inilah yang kemudian menjadikan masyarakat kita saat ini begitu antusias untuk tidak "mentertinggalkan" dirinya dalam kehidupan modern ini. Masyarakat saat ini menjadi begitu konsumtif terhadap segala sesuatu yang bersifat canggih, effisien dan serba instant. Sehingga tanpa terasa prilaku-prilaku konsumtif ini menjebak mereka dalam sebuah pola hidup yang cenderung boros, bermegah-megahan dan bermewah-mewahan. Dan tanpa mereka sadari pula pola hidup yang konsumtif ini justru membuat kehidupan generasi kita yang akan datang berakibat fatal. Sebutlah sebuah contoh dalam penggunaan energi berbahan fosil serta penggundulan atau kebakaran hutan yang menyebabkan buangan CO2 ke atmosfer naik drastis. Gas inilah yang merupakan unsur pembentuk rumah kaca di atmosfer memantulkan kembali panas yang dilepas oleh permukaan bumi setelah menerima cahaya matahari. Tentu saja, semakin tinggi konsentrasi CO2 maka suhu di permukaan bumi ini pun akan semakin naik. Sebagaimana kita saksikan selama ini, baik di sekitar kita maupun ditempat-tempat lain, yakni perubahan suhu yang tiap hari semakin naik. Selain itu permukaan air laut di pesisir pantai dari tahun ketahun semakin mengalami kenaikan yang cukup drastis. Sehingga dimungkinkan hal ini akan memicu migrasi besar-besaran masyarakat pesisir ke daratan yang lebih tinggi. Sementara itu, didaratan yang tinggi masyarakat saat ini banyak yang merasa kesulitan mendapatkan air tawar karena kekeringan yang berkepanjangan sehingga menyebabkan tanaman-tanaman mereka pun banyak yang rusak dan gagal panen. Sebaliknya, jika musim penghujan datang maka curah hujan pun akan turun dengan sangat drastis pula, sehingga memicu datangnya banjir dimana-mana, longsor dan lain sebagainya. IPCC memperkirakan tinggi permukaan air laut telah naik rata-rata 2.5 mm pertahun. Bila ini terus terjadi, maka pada tahun 2030, Indonesia bisa kehilangan sekitar 2000 pulau. Ini bukanlah cerita fiksi melainkan fakta. Pada tahun 2007, IPPC, yakni sebuah organsisai perkumpulan ilmuan di seluruh dunia menyatakan bahwa perubahan iklim ini adalah nyata. Untuk itulah IPPC kemudian mensosialisasikan agar hendaknya masyarakat di seluruh dunia mulai saat ini juga melakukan pencegahan-pencegahan sejak dini. Begitulah sekilas yang penulis ketahui tentang betapa seriusnya dampak perubahan iklim terhadap linkungan kita. Laju perubahan iklim ini tentu akan sangat berbahaya bagi generasi anak cucu kita di masa mendatang. Untuk itu, seyogyanya kita memulai pencegahan ini sedini mungkin. Yakni dengan mengubah pola hidup bermewah-mewahan dengan pola hidup yang sederhana dan tidak boros energi. Kesadaran dari diri masing-masing masyarakat saat ini merupakan jalan satu-satunya untuk mencegah perubahan iklim ini. Mulai Dari Rumah dan Kantor Kita Rumah maupun bangunan-bangunan lain yang sejenisnya adalah merupakan sumber emisi gas rumah kaca yang cukup signifikan. Bangunan (selain penggunaan listrik) rata menyumbang 7.5% emisi gas rumah kaca. Jika diakumulasikan dengan penggunaan listrik maka bisa di perkirakan angkan tadi akan naik menjadi 35% dari total emisi global. Sebagaimana di ungkap UNEP Sustaina ble construction and Building Initiative: Bengunan mengkonsumsi sekitar 30-40% dari total energi global. Hal diatas tentu saja karena disebabkan oleh penggunaan energi listrik di rumah-rumah maupun bangunan-bangunan besar lainnya saat ini sangat tinggi. Seperti misalkan penggunaan AC, Lemari ES, Televisi, Komputer dan peralatan-peralatan berbasis listrik lainnya. Oleh karena itu kiranya akan sangat bijak jika dalam menggunakan segala peralatan yang membutuhkan energi listrik itu kita tekan dengan se efisien mungkin. Dengan paling tidak mengkonsumsi energi listrik dalam waktu yang cukup singkat. Sebagai contoh misalnya dengan menggunakan peralatan listrik yang hemat energi. Jika selama ini kita menggunakan bohlamp (lampu pijar) maka segeralah ganti bohlamp tersebut dengan lampu hemat energi serperti lampu Fluorescent, masyarakat kita biasanya mengenal nama lampu ini dengan sebutan lampu neon. Memang lampu Fluorescent (neon) terbilang lebih mahal dari pada bohlamp, tapi yang perlu kita perhatikan bersama adalah, hal ini semata demi menghemat penggunaan listrik untuk menekan naiknya konsumsi energi global rumah kita. Selain itu nyala lampu neon ini sinarnya akan lebih terang dari pada sinar bohlamp yang cenderung redup. Selain mengganti lampu bohlamp, di rumah kita ataupun di gedung perkantoran saat ini sudah tidak asing lagi dengan namanya perangkat komputer yang memakai monitor, LCD dan TV. Dari peralatan-peralatan ini, suatu hal yang sering kita abaikan adalah membiarkan perangkat-perangkat tersebut dalam keadaan Standbay Mode ketika kita sedang tidak menggunakannya. Padahal tanpa kita sadari dalam keadaan standbay mod peralatan elektronik tersebut tidak mati, melainkan nyala, dimana hal ini secara otomatis juga akan mengkonsumsi energi listrik. Untuk itu hendaknya kita membiasakan mematikan standbay mode tersebut dari segala peralatan elektronik rumah dan kantor kita jika perangkat tersebut tidak sedang kita gunakan. Memulai dari suatu hal yang kecil-kecil memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk di biasakan dalam kehidupan sehari-hari kita. Tapi jika kita benar-benar menyadari akan bahaya laten perubahan iklim saat ini, maka mau tidak mau kita harus ikut berpartisipasi demi menyelamatkan dunia ini dari kerusakan global dan demi keselamatan generasi kita yang akan datang. Ketika suhu pada siang hari naik hingga beberapa derajat maka panaspun semakin tidak bisa kita hindari. Dalam menghindari suhu yang panas ini sebagian besar dari kita biasanya menggunakan jasa AC untuk menurunkah suhu ruangan yang kita tempati. Dalam keadaan dingin kita justru kadang tidak menurunkan suhu AC tersebut. Malah membiarkannya lalu kemudian kita mengenekan pakaian-pakaian yang tebal semacan jas dan lain sebagainya. Ini menurut saya justru perbuatan yang mubadzir. Memang saat itu kita akan merasakan nyaman bekerja sekian jam dalam ruangan tersebut. Akan tetapi disadari atau tidak ternyata jasa AC tersebut juga membutuhkan energi listrik yang tidak bisa di bilang rendah. Semakin besar suhu AC kita naikkan maka semakin besar pula energi listrik yang di perlukan. Padahal suhu udara yang di perlukan agar manusia bisa beraktifitas dengan nyaman adalah berkisar antara 24-26 derajat C. Jadi pada dasarnya pemakaain AC dalam ruangan tersebut tidak begitu perlu kita gunakan karena suhu udara di negara tropis seperti negara kita Indonesia ini berkisar antara 25-27 derajad C. Memanfaatkan Matahari, Udara dan Tanam-Tanaman Hias Jika kita benar-benar ingin bijak mensikapi masalah suhu ini, maka ada beberapa hal yang menurut penulis akan mampu membantu meringankan kebutuhan kita terhadap energi listrik ini. Diantaranya adalah Matahari dan Udara. Didaerah tropis seperti Indonesia memiliki cahaya alami melimpah karena matahari bersinar terus sepanjanng tahun. Selain itu di negara-negara maju integritas pencahaayaan alami pada gedung komersial mampu menurunkan biaya energi hingga 1/3nya. Dengan ini penulis beranggapan tidak ada salahnya jika kita juga meniru hal tersebut. Dengan membiarkan cahaya matahari masuk ke ruangan-ruangan kita berikut juga udara-udara segar dari alam sekitar akan mampu mengurangi bahkan bisa mengganti penggunaan AC yang memerlukan energi tidak sedikit ini. Agar rumah atau gedung-gedung kantor kita mudah menyerap udara segar maka ada baiknya jika pekarangan, halaman dan bahkan tembok kita hijaukan, yanki dengan cara menanaminya dengan tananaman-tanaman hias dan rumput-rumputan misalnya. Sedangkan untuk tembok bisa menanaminya dengan tanaman-tanaman hias yang menjalar. Bijak Menggunakan Kertas dan Air Selain yang telah penulis sebutkan diatas tentunya masih banyak sikap prilaku hidup boros yang selama ini jarang kita sadari. Termasuk didalamnya adalah penggunaan kertas. Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa bahan baku utama kertas adalah kayu. Jadi jelas, semakin banyak kertas kita gunakan maka akan semakin banyak pula kayu yang akan ditebang. Sedangkan ancaman dari penebangan hutan ini akan berdampak serius terhadap pembuangan C02 ke atmosfer sebagaimana telah penulis jelaskan sebelumnya. Untuk itu menghemat kertas hendaknya juga sudah kita biasakan mulai dari sekarang. Gunakan kertas seperlunya dan jika tidak terlalu penting (hanya sekedar untuk orat-oretan dan sebagainya) kita bisa menggunakan kertas bekas yang sudah tidak terpakai dan masih bisa fungsikan. Selain menghemat kertas, menghemat air pun mulai saat ini rupanya sudah merupakan pola hidup baru yang (mau tidak mau) harus kita biasakan. Dalam hal ini penulis juga telah memaparkan sebelumnya bahwa seiring dengan naiknya suhu di permukaan bumi, masalah kekeringan diberbagai tempat merupakan masalah yang sangat serius dan tidak bisa di anggap remeh. Dimana bahan-bahan pokok makanan banyak yang mengering bahkan gagal panen secara total. Jika ini dibiarkan terus menerus, maka lonjakan harga kebutuhan bahan pokokpun merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindarkan. Untuk itulah perlu kiranya mulai saat ini kita juga hendaknya menghemat persediaan air bersih kita. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghemat air bersih ini. Dalam hal mandi misalnya, kita bisa menggunakan pancuran, tidak berendam di air, dan lain sebagainya. Apa saja yang penulis paparkan dalam tulisan singkat ini tentu saja masih jauh dari sempurna terkait berbagai hal yang harus kita lakukan dalam rangka mencegah perubahan iklim ini. Akan tetapi jika kita biasakan untuk melakukannya, maka besar kemungkinan, laju perubahan iklim yang membahayakan generasi kita ini akan mengalami penurunan yang sangat signifikan. Dengan catatan kita harus melakukan hal ini secara bersama-sama, Continiue dan stimulan. Marilah mulai saat ini juga, dari diri kita masing-masing. Jadikan lingkungan kita lingkungan yang hijau, bersih dan sehat dalam rangka mengatisipasi laju perubahan iklim dunia. (bersambung..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar