
Setiap manusia pada dasarnya pasti akan membutuhkan instrument sebagai sarana penunjang untuk membantu kelangsungan hidup mereka. Instrument-Instrument yang dibutuhkan tersebut berbeda antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, tergantung kapasitas dan kemampuan serta kebutuhan manusia tersebut untuk menggunakan dan memanfaatkannnya. Sebenarnya, jauh sebelum merasa butuh terhadap instrument-instrument ini, manusia telah diberikan instrument standard dasar oleh Allah sang pencipta yang dikenal sebagai panca indra.
Diawal masa pertumbuhan manusia tidak akan merasa butuh sedikitpun terhadap instrument-instrumen lainnya selain instrument standar itu. Mereka berupaya dengan tekun dan ulet untuk memanfaatkan panca indra tersebut sampai mereka benar-benar mahir menggunakannya. Mata sampai bisa digunakan untuk melihat sesuatu dengan benar. Hidung untuk mencium bau. Lidah untuk merasakan enak tidaknya rasa makanan dan minuman. Telinga untuk mendengarkan suara dan tangan serta kaki untuk meraba sesuatu yang keras, lembut, basah, kering dan lain sebagainya. Itulah fungsi dasar panca indra. Fungsi standard instrumen manusia.
Seiring dengan bertambahnya usia, tentu saja panca indra manusia ini akan semakin peka terhadap segala sesuatu yang terjadi disekitarnya. Kejadian-kejadian tersebut akan terekam oleh otak lalu timbullah sebuah perasaan untuk melakukan sesuatu diluar kebiasaannya selama ini. Tapi naif, instrument-instrument standard yang dimiliki tersebut kadangkala sama sekali tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk membantu menyeleseaikan keinginannya. Kalaupun dipaksa untuk difungsikan, tapi hasilnya jauh dari yang diharapkan. Disinilah kemudian manusia merasa butuh terhadap instrument lainnya (selain dari pada instrument standart tersebut). Kita ambil contoh, ketika merasa haus maka keinginan yang pertama kali muncul di benak manusia adalah ingin selesai dari masalah haus tersebut, mereka kemudian mencari solusi dengan panca indra yang dimilikinya. Lalu akhirnya ditemukan bahwa solusinya adalah minum air putih. Pertama mereka akan mencari air putih itu sampai ditemukan. Ketika sudah ditemukan. Maka barulah air tersebut diminum. Nah, pada saat mau minum inilah manusia merasakan pentingnya sebuah instrument lain selain panca indra yang mereka miliki. Memang bisa menggunakan tangan dengan cara men"cebok" atau menadahi dengan tangan lalu diminum. Tapi tentu saja air yang dimininumnya tersebut tidak akan sampai satu tegukan dan tidak bisa langsung menuntaskan rasa haus dan dahaganya. Selain itu memang bisa juga dengan cara mulut menganga dan menadahi langsung air yang mengalir diatasnya. Tapi sekali lagi, cara seperti ini tidak akan mencapai hasil maksimal. Malah kalau tidak hati-hati bisa membuat tersedak terus batuk-batuk. Rasa haus memang sudah hilang. Tapi ada efek samping batuk yang harus ditangggung. Oleh karena itu, maka dibutuhkanlah sebuah instrument berupa wadah kecil seukuran bibir mulut dan tidak bocor dibawahnya. Lalu kemudian ditadahkanlah wadah tersebut di bawah air putih dan barulah di minum.
Contoh sederhana diatas merupakan sebuah keniscayaan. Bahwa untuk melangsungkan kehidupannya mansuia memang butuh terhadap instrument lain selain panca indra yang telah di berikan Allah. SWT. Karena hal ini sudah merupakan fitrah, maka manusiapun saling berupaya untuk melengkapi instrument-instrument yang masih belum dimilikinya agar supaya mereka bisa menjalani hidupnya dengan mudah dan gampang. Tentu saja dalam rangka melengkapi instrument-instrument ini manusia akan menempuh berbagai macam cara sesuai dengan kemampuan tenaga dan pikirannya. Disisi lain, ada beberapa manusia yang membantu menyediakan instrument bagi manusia lainnya yang membutuhkan. Dimana hal ini mereka lakukan juga dalam rangka mendapatkan instrument yang mereka inginkan.
Setelah berbagai macam instrumen itu mereka dapatkan. Maka inisiatif selanjutnya adalah mereka merawat instrument-instrument tersebut untuk dipergunakan dilain kesempatan. Mereka tidak ingin instrumen yang sangat membantu bagi kemudahan hidupnya itu rusak atau tidak berfungsi, apalagi hilang. Untuk itu maka mereka akan selalu menjaga instrument itu. Hal ini sangatlah penting. Bahkan menurut saya harus kita lakukan. Bukan hanya instrument lainnya. Panca indrapun sudah sepatutnya kita rawat dan jaga dengan sebaik mungkin. Jangan sampai panca indra yang di anugerahkan Tuhan ini tidak berfungsi lagi karena kecerobohan kita. Demikian juga halnya dengan instrumen lainnya, yang telah susah payah kita dapatkan itu selayaknya kita rawat dengan sebaik mungkin. Kalau perlu kita manjakan instrument-istrument itu. Kenapa? Karena (diakui atau tidak) instrument-instrument tersebut telah banyak membantu memudahkan urusan kita. Selain itu pula, Instrument ini juga merupakan titipan (amanah) Allah yang harus kita jaga dan rawat. Jangan sampai instrumet ini di abaikan hak-haknya.
***
Beberapa bulan terakhir ini, saya begitu banyak mendapat tanggapan mengenai motor yang saya beli dengan hasil keringat saya sendiri. Bukan karena saya mengabaikan hak-hak motor saya untuk dirawat, di cuci, dibersihkan, diservice secara berkala dan lain sebagainya. Justru karena hampir setiap hari saya selalu mengelap dan membersihkan motor saya dengan sangat uletnya. Hampir tidak ada debu yang menempel di motor saya seandainya motor saya ini tidak saya jalankan. Dicuci 3 minggu sekali dengan memakan waktu kurang lebih 2 jam hanya untuk satu ekor motor saya. Selain itu saya juga menservice motor buatan Jepang ini tiap bulan sekali. Hasilnya tentu saja pembaca bisa menebak sendiri. Motor saya masih kelihatan baru, walaupun umurnya sudah 1.5 tahun dari semenjak motor ini saya beli.
Tindakan saya diatas akhir-akhir ini menuai komentar-komentar yang beragam. Baik dari tetangga saya, Teman sekantor, Bahkan orang mekanik yang menservice motor saya pun juga tak ketinggalan ikut komentar. Ada yang berkomentar positif yakni dengan memuji saya yang begitu peduli merawat motor saya dan ada pula komentar yang cenderung mencibir dan meremehkan. Komentar-komentar positif saya kira tidak perlu saya bahas disini. Tapi yang perlu saya bahas disini adalah komentar mereka yang menurut saya negatif. Entahlah mungkin menurut mereka motor itu sebenarnya tidak perlu dikasihani. Tidak perlu dibersihan, tidak perlu dirawat dan sebagainya. Seolah-olah saya beranggapan motor saya ini ibaratnya sapi perah yang hanya diperlukan susunya saja. Padahal jujur saja motor yang saya beli pertengahan tahun 2008 ini telah sangat banyak membantu berbagai aktifitas saya, teman-teman saya dan keluarga saya. Sungguh saya tidak sanggup jika harus membalas kebaikannya selain hanya merawatnya secara berkala dengan rutin. Bukan karena saya telah cinta dunia atau cinta harta. Melainkan semata-mata karena saya banyak berhutang budi terhadap motor saya ini.
Untuk itu. Mulai dari sekarang. Marilah kita berterimakasih terhadap instrument-instrument yang telah kita gunakan selama ini. Yakni dengan cara merawat dan menjanganya sebaik mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar