Jumat, 22 Oktober 2010

Keajaiban Gelombang Alfa di Alam Bawah Sadar. Bagian 2

Manusia menggunakan otak (mesin kesadaran) yang kecepatannya cuma 2000 bit perdetik. Sementara informasi yang membanjiri otaknya mencapai 400.000.000.000 bit perdetik. Jadi, saat kita meragukan keterangan ilmu pengetahuan modern, seberapa besarkah mesin kesadaran yang kita pakai untuk meragukannya. Bagaimana kita bisa begitu yakin akan sesuatu yang sangat sedikit kita pahami itu. William Arntz, Betsy Chasse & Mark Vicente. ) Sebagaimana dituliskan kembali oleh Erbe Sentanu - The Science & Miracle of Zona Ikhlas.


Diakui atau tidak, panca indra pada dasarnya cenderung menipu pemahaman manusia. Baik dari apa yang dilihat, di rasa, diraba, dicium dan di dengar. Kelima panca indra tersebut dominan memberikan informasi yang tidak tepat terhadap pemahaman kita. Singkatnya, kelima panca indra yang kita gunakan selama ini mempunyai banyak keterbatasan-keterbatasan. Ambillah sebuah contoh, mata yang kita punya ini ternyata tidak mampu melihat benda-benda kecil semacam atom atau molekul-molekul pada air yang kita minum. Sedangkan telinga, ia juga hanya bisa mendengar suara dengan frekuensi 20 sd 20.000 Hertz getaran perdetik. Sedangkan suara diatas atau dibawah frekuensi tersebut maka telinga kita tidak akan mampu menangkapnya. Misalnya gelombang suara radio atau suara-suara hewan lainnya seperti semut, kecoa dan lain sebagainya.

Oleh karena itulah maka manusia membutuhkan indra lain yang bisa membantu kekurangan panca indra tersebut. Menyikapi hal ini, maka  pada tiap diri manusia itu (sebenarnya) telah diberikan oleh Allah SWT apa yang namnya Indra ke Enam. Hanya saja sebagian besar dari manusia lebih banyak yang acuh tak acuh dengan indra ini. Bahkan tidak percaya sama sekali. Padahal Indra ke enam ini semestinya di fungsikan untuk membantu efektifitas kinerja panca Indra kita.

Lalu dimanakah letak dari pada Indra ke Enam itu. Ari Ginanjar Agustian dalam ESQ Power-nya demikian juga Erbe Sentanu dalam Quamtum Ikhlasnya serta Agus Mustofa dalam serial diskusi tasawufnya - secara tidak langsung - mereka seolah-olah mensepakati bersama bahwa Indra ke Enam dalam diri manusia itu adalah Hati. Dimana Hati ini pada dasarnya telah mempunyai sifat-sifat fitrah alamiah yang diberikan oleh Allah sejak manusia masih berada dalam kandungan. Sifat-sifat fitrah tersebut adalah yakni sifat-sifat Allah SWT yang 20.

Dari sifat-sifat fitrah alamiah inilah kemudian hati mempunyai kekuatan yang lebih dahsyat dibandingkan alam pikiran kita. Dimana kekuatan-kekuatan dahsyat itu adalah berupa perasaan-perasaan yang bersumber dari dalam hati itu sendiri.

Dalam penelitiannya selama 20 tahun, Erbe Sentanu dalam Quamtum Ikhlasnya memaparkan bahwa; pikiran tak hanya terkait pembagian otak secara fungsional, tapi juga pembagian berdasarkan aspek kesadarannya. Umumnya manusia hanya memanfaatkan pikiran sadarnya yang memiliki kekuatan hanya 12 persen dari keseluruhan kekuatan pikirannya. pikiran sadar inilah yang biasa kita maksud ketika menyebut seseorang sedang menggunakan "otak"-nya. Sedang yang 88% lainnya merupakan kekuatan bawah sadar yang secara umum hanya muncul dalam bentuk "perasaan"-nya.

****

Kembali ke pembahasan Keajaiban Gelombang Alfa di Alam Bawah Sadar pada tulisan saya dibagian pertama, tentang ke ajaiban-keajaiban yang terjadi pada Rasulullah, Sahabat Ali Bin Abi Thalib dan Wali Songo pada masa dahulu. Percaya atau tidak bahwa rahasia kekuatan mereka pada waktu itu adalah berangkat dari kekuatan hati yang diaksesnya melalui alam bawah sadar tepatnya di gelombang Alfa.

Sebelum Nabi SAW diberangkatkan Isra' Mi'raj. Waktu itu kondisi psikologis Nabi Muhammad berada pada 'titik kritis'. Dimana paman Beliau Abu Thalib dan Istri tercintanya Siti Khadijah 'dipanggil' oleh-Nya. Selain itu keadaan umat Muslim saat itu dalam keadaan di Boikot perekonomian dan hubungannya oleh Kafir Quraisy. Akibatnya umat Muslim saat itu benar-benar berada dalam kondisi kritis.

Demi melihat keadaan ini. Nabi Muhammad SAW pun pasrah dan mengikhlaskan semua yang telah terjadi pada Allah SWT dengan berdzikir dan melalukan perenungan sebagaimana dilakukan dalam Gua Hira' dulu sebelum masa kenabiannya. Dzikir beliau dilakukan dengan begitu khusuk dan hati ikhlas serta pasrah berserah diri - sampai perasaan beliau berada di alam bawah sadar. Beberapa saat kemudian, lalu datanglah Malaikat Jibri yang diutus Oleh Allah untuk membawa Nabi Isra' dan Mi'raj. Dalam peristiwa itu, Nabi diperlihatkan dengan berbagi keindahan-keindahan alam semesta. Mulai dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsha dan bahkan hingga sidratul muntaha. Semua perjalanan nabi ini dimaksudkan oleh Allah untuk menghibur Nabi Muhammad SAW, sekaligus untuk menunjukkan betapa Kekuasaan dan Ke serba-Maha-an Allah itu memang benar adanya.

Untuk itulah perlunya kita selalu berpasrah dan Ikhlas kepada Allah atas setiap masalah apapun yang melanda kita. Semata karena dengan ikhlas dan berserahlah - dengan sebenar-benarnya Ihklas yang hanya bisa di akses di alam bawah sadar - Allah benar-benar akan memberikan kita kebahagiaan dari jalan yang tiada kita sangka sebelumnya. Seperti Nabi Muhammad yang mengikhlaskan segala masalah umat dan perjuangannya kepada Allah, maka tanpa disangka-sangka kemudian Nabi SAW di Isra' Mi'raj-kan oleh Allah SWT.

Demikian juga dengan kisah Ali bin Abi Thalib, yang tertembus panah pada punggungnya. Beliau tidak merasa kesakitan diwaktu anak panah itu dicabut dari tubuhnya dikala beliau shalat. Malah sehabis shalat Ali masih bertanya kepada sahabat; "Sudahkah dicabut mata panah tadi?". Keajaiban ini terjadi semata-semata karena dalam shalatnya, Sayyidina 'Ali benar-benar mendirikan shalat sambil menyelam kealam bawah sadarnya. Sehingga pada saat berada di gelombang Alfa beliau tidak merasakan sakit sewaktu anak panah itu dicabut dari tubuhnya.

Contoh kasus terakhir, adalah keajaiban wali songo dalam melakukan musyawarah dengan cara 'hanya' berdiam diri ditempat tinggal masing-masing. Padahal jaraknya diantara mereka sangat jauh. Namun ajaibnya musyawarah itu tetap menelurkan kesepakatan-kesepakatan bersama. Setelah dicermati ternyata dalam diam dan khusuknya para wali songo ketika 'rapat' itu adalah sedang Mengakses alam bawah sadar. Sehingga dari alam bawah sadar itulah - melalui gelombang Alfa - mereka bisa mengakses perasaan masing-masing para wali dengan frekuensi gelombang yang (mungkin) sangat tinggi sekali. Ibarat gelombang radio FM yang hanya bisa di akses di gelombang 100000 Hz sampai 100000000000 Hz. Maka telinga 'secara telanjang' tidak akan mampu menangkap gelombang itu. Dan hanya radio Fmlah yang bisa menangkap signal suara itu.

***

Begitulah.. ternyata resep untuk selalu bisa merasakan damai dan tentram di dunia ini tidaklah cukup sulit, namum belum tentu bisa kita lakukan dengan mudah. Baik dalam keadaan shalat, berdzikir, dan berdo'a, kita kadangkala hanya melakukan ritual saja, tanpa mampu menyelam kealam bawah sadar pada gelombang Alfa dalam diri kita. Singkatnya.. Kita jarang sekali (bahkan mungkin) tidak pernah memfungsikan indra ke Enam dalam tubuh kita. Dan ini sungguh benar-benar mubadzir....

Wallahu A'lam.. Mohon Koreksinya.. 

1 komentar:

  1. terima kasih infonya, sebaiknya, juga dimasukkan cara atau kiat untuk mencapai alam bawah sadar.

    BalasHapus