
Sudah merupakan hal yang wajar. Jika di dalam menjalani hidup ini umat manusia selalu merasa perlu untuk berusaha demi mencapai sebuah tujuan atau cita-cita yang ingin diraihnya. Sangat mustahil sekali seseorang dapat mengapai impiannya dengan mudah tanpa berusaha. Kalaupun ada mungkin itu hanyalah sebuah dongeng belaka yang tidak jelas dari mana asal usulnya.
Dalam berusaha tersebut, adakalanya apa yang diinginkan seseorang tercapai sesuai rencana. Adapula yang tercapai tapi masih kurang maksimal, ada juga yang masih belum menampakkan hasil sama sekali padahal usaha yang mereka lakukan sudah memakan waktu yang sangat lama serta biaya yang tidak sedikit, bahkan tidak jarang pula ada yang gagal 100%. Dampak dari hasil-hasil pencapaian tersebut pun beragam. Bagi yang keinginannya tercapai biasanya melakukan pesta pora dengan sedemikian meriahnya. Sedangkan yang masih belum mencapai target maksimal akan terlihat serius menyusun kembali rencana dan strategi lain, ada juga yang putus asa dan stres karena tidak terima atas kegagalannya. Gampang menyalahkan orang lain karena merasa dirinyalah yang paling benar sendiri.
Kenyataan diatas sering kita jumpai di sekitar kita. Bahkan tidak menutup kemungkinan, kita pun pernah merasakan dan melakukan hal yang serupa. Seolah-olah setiap usaha yang dilakukan harus (tidak boleh tidak) tercapai sesuai rencana. Jika tidak tercapai kita merasa hal itu bukan karena kesalahan kita, melainkan kesalahan orang lain. Mereka tidak becus dalam bekerja sama, mereka munafik, penghianat dan lain sebagainya. Berbagai macam fitnah dengan kata-kata keji dan kotor dikeluarkan untuk sekedar melampiaskan keputus asaan dan untuk sekedar mengakui diri sendiri bahwa apa yang dilakukannya sudah sesuai dengan rencana. Akibatnya. Perpecahan pun tidak bisa di elakkan. Permusuhan semakin menjadi-jadi, dan akhirnya semua impian-impian tersebut sirna. Tanpa hasil apapun. Bahkan yang ada hanyalah kerugian semata. Baik kerugian secara materi, kebersamaan yang tidak lagi bisa saling dipercaya, kebencian, keangkuhan dan lebih-lebih kerugian yang akan diterima diakhirat nanti. Naudzubillah..
Lalu bagaimana agar supaya kita tidak merasa sentimen terhadap orang lain ketika keinginan yang kita perjuangkan dan usahakan tidak sesuai dengan yang diharapkan? Bagaimana agar supaya kita bisa menerima dan tidak putus asa terhadap usaha-usaha yang menuai kegagalan itu? Caranya cuma satu. Tawakkal. Ya. Tawakkal kepada ALLAH atas berbagai macam usaha yang telah kita lakukan. Apapun hasilnya kita pasrahkan sama Allah. Dalam hal ini telah Allah singgung dalam QS.Ali-Imran:159.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(QS. Ali-Imran: 159)
Ayat Al-Qur'an diatas saya kira sudah cukup untuk menggambarkan apa yang saya paparkan sebelumnya. Bahwa bersikap keras, egois, merasa diri paling benar dan lain sebagainya adalah merupakan tindakan yang sangat merugikan diri sendiri. Teman-teman dan sahabat atau siapapun mitra usaha kita akan menjauhkan diri dari kita. Maka dari itulah. Untuk menghindari hal semacam ini, dalam ayat diatas dijelaskan agar supaya kita berlaku lemah lembut terhadap siapapun, baik yang berpartisipasi dalam rangka mencapai tujuan kita atau bukan. Selain itu. Kita juga disarankan untuk bermusyawarah dengan mereka hingga tercetuslah sebuah keputusan yang bisa diandalkan, Solid dan berbobot. Berikutnya. Setelah usaha-usaha tersebut kita jalankan. Maka hendaknya kita bertawakkal kepada Allah.
Kenapa harus tawakkal? Karena hanya ALLAH yang berhak menentukan apakah usaha kita akan menuai sukses atau sebaliknya. Kita hanya berusaha saja sambil berdoa. Sekuat tenaga dan pikiran kita kerahkan semaksimal mungkin. Dengan demikian, kita tidak perlu putus asa jika sebuah kegagalan menimpa kita. Justru jika kita harus ikhlas dan menerima dengan kondisi seperti ini, maka insyaALLAH tidak menutup kemungkinan ALLAH akan memberikan pahala atas kesabaran, usaha dan ikhtiar kita.
Selain itu Allah juga telah menyinggung hal ini dalam QS. Al-Insyirah: 5-8 sebagai berikut:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ. وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَب
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al-Insyirah: 5-8)
Jadi. Ketika usaha kita menuai kegagalan atau kesulitan. Maka percayalah. Bahwa dibalik semua itu suatu saat adakalanya ALLAH pasti akan memudahkan urusan kita untuk mencapai cita-cita itu. Dalam hal ini Allah bukan berarti tidak sayang sama kita ketika usaha tersebut selalu gagal, melainkan hal itu sebenarnya adalah merupakan ujian bagi kita apakah kita sabar dalam menjalani usaha tersebut.. Jadi marilah kita bulatkan tekad untuk meraih cita-cita kita. Masih banyak yang harus kita perjuangkan di dunia ini. Masih banyak hal yang harus kita lakukan dan harus kita selesaikan. Bercita-citalah dan berjuanglah dengan tekad dan keyakinan yang kuat, dengan penuh tawakkal dan kesabaran. Yakinlah bahwa yang dinilai di sisi ALLAH itu bukan pada kesuksesan kita. Melainkan pada kesungguhan ikhtiar dan usaha kita. Kesabaran dan ketawakkalan serta keikhlasan kita dalam menjalaninya.
Semoga segala upaya jerih payah kita selama ini dan selanjutnya dalam rangka menggapai impian dan cita-cita kita. Kita melakukannya dengan penuh keikhlasan dan tawakkal. Amin. Wallahu a'lam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar