Senin, 08 Maret 2010

Mentafakkuri Peradaban Lebah


Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia (68)
kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.(69)

Alhamdulillahirabbil 'alamin.. Saat membuat oret-oretan ini saya masih diberi amanah oleh Allah, berupa kesehatan lahir batin yang benar-benar harus saya manfaatkan sebaik mungkin. Karena kesehatan yang telah Allah berikan ini harus saya pertanggung jawabkan diakhirat kelak, untuk apa saja saya gunakan kesehatan saya? 

Mudah-mudahan dengan mengawali segala aktifitas dengan rasa syukur ini, kita senantiasa diberikan taufiq dan hidayah oleh Allah untuk selalu berjalan lurus di atas rel Islam. Sehingga kita dimasukkan olehNya kedalam golongan orang-orang yang beriman dan bertaqwa (Al-Muttaqien), dan suatu saat nanti kita akan mengakhiri hidup didunia ini dalam keadaan Muslim. 

Sebagaimana yang di perintahkan oleh Allah:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam." (QS. Ali-Imran: 102) 


Perintah Allah dalam Al-Quran diatas sudah jelas dan gamblang sekali. Menurut saya tidak perlu kita mentafsirinya lagi, bahwa jika kita benar-benar mengaku orang-orang yang beriman, maka hendaklah kita selalu takut kepadaNya, dengan menjalani segala perintah-perintahNya serta menjauhi segala laranganNya hingga ajal menjemput hidup kita. 

Lalu bagaimana seharusnya kita beriman dan bertaqwa yang benar sesuai ajaran Islam? Terkait hal ini banyak sekali ayat Al-Quran dan Hadits-Hadits Nabi yang bisa kita jadikan pegangan. Selain itu ada juga Ijtihad para Ulama sebagawai pewaris para Nabi. Mudah sekali sebenarnya ajaran Islam ini. Bahkan kehidupan alam sekitar kitapun (jika kita benar-benar mau mentafakkuri sejenak atas penciptaannya) ternyata semuanya terdapat banyak hikmah yang bisa kita ambil sebagai bahan instrospeksi diri terhadap pola kehidupan kita dalam menjalani kehidupan ini. 

Salah satu contohnya adalah Lebah. Sekalipun dia tidak punya akal. Akan tetapi lebah menurut saya adalah mahkluk ciptaan Allah yang amat mulia. Sehingga dalam Al-Quran pun Allah membuat satu Surat yang benama Lebah (An-Nahl) pada urutan surat ke 16. Dalam surah An-Nahl ini saya sangat terkesima ketika bacaan saya sampai pada ayat ke 68 dan 69. Sejenak bacaan saya terhenti disini sambil mengingat-ingat "tingkah laku" kawanan lebah dalam kesehariannya, baik lebah itu berpisah dari kawanan atau berkumpul disarangnya. 

Tidak begitu sulit bagi saya untuk membayangkan pola hidup keluarga lebah. Karena dulu, sewaktu saya masih kecil Kakek saya pernah beternak lebah, dimana sarangnya terbuat dari pohon siwalan dengan diambil bagian tengahnya sehingga menyerupai bentuk Kendang jaipongan. Lobang kedua sisinya kemudian ditutup dengan kayu dengan diberi lobang kecil buat pintu keluar masuknya lebah. 

Dalam kesehariannya, gerombolan lebah yang keluar dari rumahnya itu (rumah yang dibuatkan oleh kakek saya) tidak ada satupun yang saya jumpai dari mereka hinggap di tempat-tempat yang kotor. Pasti hinggapnya ditempat-tempat yang bersih, entah diatas bunga yang baru mekar atau diatas cangkir yang ada sisa-sisa kopi yang diminum kakek saya. 

Luar biasa.... Mereka benar-benar taat terhadap insting yang diberikan Allah dalam kalimat "kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)", pada ayat ke 69. Tidak pernah lebah memakan dan meminum sesuatu yang kotor dan najis secara naluri kemanusiaan. 

Alhasil kita pun bisa menyaksikan sendiri, dari makanan dan minuman yang mereka konsumsi tercipatalah sebuah peradaban yang begitu luar biasa. Disetiap pintu masuk sarang lebah, pasti pintunya bersegi 6. Hal ini menurut saya mungkin merupakan prinsip hidup sekawanan lebah untuk selalu mentaati rukun iman yang 6. Wallahu a'lam. 

Selain itu kerjasama mereka begitu profesional dalam membagi tugas dan jabatan. Tidak ada lebah yang berebutan jabatan disitu. Semuanya sama-sama menerima terhadap keputusan sang raja, dibagian manapun dia di posisikan. Entah sebagai pencari makanan ataupun dibagian produksi madu. Akibat dari hasil kerjasama yang solid ini, lebahpun menghasilkan sebuah produk minuman yang begitu bermanfaat bagi manusia. Rasanya manis dan menyehatkan. Beda dengan jamu buatan manusia, Pahit, kecut, ada efek samping dan semacamnya. 

Begitu luar biasanya tatanan peradaban lebah ini. Dalam ayat 69 Allah menegaskan, bahwa tanda-tanda kebesaran Allah ini hanya dikhususkan bagi manusia yang mau berfikir. Untuk itu, melalui oretan ini. Marilah sejenak kita berfikir. Bagaimana seandainya dalam hidup kita dibiasakan makan dan minum dengan makanan dan minuman yang baik serta halal. Tidak makan dan minum yang diharamkan. Bukankah telah banyak dalam Al-quran yang menjelaskan tentang makanan dan minuman yang haram. Kenapa sejenak kita tidak mau patuh terhadap perintah Allah sebagaimana lebah itu. Mengapa selama ini hati kita masih belum terbuka, untuk mengambil pelajaran dari ayat-ayat tadi. Padahal Allah sangat berhak mengatur kita, karena kita ini adalah cipataannya. 

Untuk itu. Marilah kita bersama-sama masuk kedalam golongan orang-orang yang berfikir, yakni dengan mentafakkuri Surah An-Nahl: 68-69 diatas tadi. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.. 

Note: Saya sangat menunggu saran dan kritikan dari para pembaca blog ini, demi perbaikan tulisan-tulisan saya berikutnya. Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar